Sunday, December 25, 2011
Sakinah Bersamamu
Cinta bukanlah mencari pasangan yang sempurna tapi menerima pasangan kita dengan sempurna
Kalimat yang menghiasi sampul depan buku berjudul Sakinah bersamamu ini sangat mewakili isi keseluruhan cerita pendek dan pembahasannya. Manusia tidak ada yang sempurna, semua pasti sudah hapal dengan pernyataan yang satu ini. Namun hapal bukan berarti paham dan kemudian mengamalkannya dalam keseharian. Apalagi ketika penilaian tentang kesempurnaan datangnya individu yang semuanya memiliki isi kepala dan imajinasi masing-masing. Kesempurnaan sudah barang tentu menjadi sebuah kesubyektifan.
Mengharapkan kesempurnaan inilah yang kerap menciptakan problematika dalam kehidupan rumah tangga. Si istri ingin suaminya begini, si suami ingin istrinya begitu. Keinginan-keinginan yang kemudian berujung pada ketidakpuasan, pertengkaran, bahkan perselingkuhan. Berbeda itu Pelangi. Judul yang tertulis dalam salah satu pembahasan sebuah cerpen berjudul ‘Rahasia Mas Danu’ ini, terdengar indah untuk menggambarkan bahwa sebenarnya perbedaan adalah sebentuk anugerah dalam sebuah rumah tangga. Perbedaan yang malah berfungsi untuk melengkapi bahkan diharapkan dapat memperbaiki masing-masing karakter. Hal ini pun terpercik dalam cerpen Ngambek yang kemudian dibahas dalam artikel Dilema Istri Sensi, Suami Enggak Sensi.
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja ketika mereka mendakwakan diri mereka (kami telah beriman), sedangkan mereka belum diuji. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar imannya dan siapa yang dusta." (QS. al-Ankabuut: 2-3)
Pernikahan adalah penggenap agama seorang muslim, sudah pasti ujian-ujian yang dihadapi tidak lah mudah. Yang masih separuh aja mati-matian istiqomah, apalagi yang udah genap sempurna. Ketika perbedaan dalam rumah tangga telah teratasi, ujian mungkin akan berlanjut ke masalah cemburu, kisah cinta masa lalu, keluarga besar, tetangga bahkan ketidakpuasan atas diri sendiri. Konflik-konflik inilah yang coba diuraikan Asma Nadia lewat cerpen-cerpen pernikahan yang kemudian beliau analisa lebih lanjut.
Ada sedikit kebingungan ketika harus ditanya apakah buku ini termasuk jenis fiksi atau non fiksi. Hal ini dikarenakan caranya menuturkan problematika rumah tangga dan solusinya dengan memadukan unsur fiksi [cerpen] dan non fiksi [ulasan]. Namun, di sisi lain, hal tersebutlah yang membuat buku ini unik dan berbeda dengan buku-buku pernikahan yang lain. Adanya cerpen membuat pembahasan tentang pernikahan menjadi lebih luwes. Pembaca tidak hanya disodori ulasan tentang pernikahan tetapi juga imajinasi. Apalagi cerpen-cerpen tersebut cukup klop dengan renungan ‘bijak berumah tangga melalui cerita’ yang disampaikan Asma Nadia, kecuali cerpen Kalung yang terkesan dipaksakan untuk masuk ke dalam pembahasan tentang rumah tangga.
Berdasarkan pengakuan dari Asma Nadia pada bagian ‘kata pengantar’, cerpen-cerpen yang dihadirkan dalam buku Sakinah Bersamamu sebenarnya adalah kumpulan dari karya-karya lamanya, kecuali cerpen Kalung dan Sakinah Bersamamu. Bagi yang sudah khatam dengan buku-buku Asma Nadia mungkin akan diajak sedikit bernostalgia. Sedangkan bagi yang baru mengenal tulisan Asma Nadia lewat buku ini, tidak perlu takut basi karena cerpennya masih relevan dengan kondisi saat ini.
Judul : Sakinah Bersamamu
Penulis : Asma Nadia
Penyunting: Thenita
Penerbit : Asma Nadia Publishing
Terbit: Cetakan Pertama, Oktober 2010
Tebal : xii+ 344 halaman
kunjungi: http://parcelbuku.com
Labels:
asma nadia,
asma nadia publishing,
keluarga
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment