Saturday, December 17, 2016

Think Dinar!

Judul: Think Dinar! | Penulis: Endy J. Kurniawan | Editor: Asma Nadia | Penerbit: AsmaNadia Publishing | Terbit: Ketujuh, Juni 2012 | Tebal: xxii + 298 hlm | Bintang: 4/5


“Nilai Dinar tetap sama semenjak masa Rasulullah Saw. Hingga kini, Dinar tetap mampu membeli seekor kambing.”
Percaya? Kita tahu bahwa harga kambing selalu naik setiap tahunnya, tapi selalu bisa terbayar dengan 1 Dinar. Selama ini yang banyak dikenal adalah mata uang kertas yang SELALU mengalami inflasi. Contoh sederhana, dulu uang 100 bisa membeli 3 permen, saat ini 100 sudah seperti tidak ada harganya, bahkan sering digantikan permen sebiji oleh perusahaan market.
 
Awalan buku ini diisi dengan pentingnya seorang muslim kaya, bukan sekadar kaya hati tetapi juga kaya harta. Pemikiran tentang zuhud yang menjadi teladan dari Rasulullah saw., bukan berarti membuat umat muslim malas untuk mencari harta karena zuhudnya masa Rasulullah, bukan dalam arti miskin, tetapi mereka memiliki kebebasan finansial. Umat muslim perlu kembali memformat pengertian dari kaya secara finansial.
“Negara kita terikat banyak hal dengan IMF, termasuk diantaranya tidak mengijinkan untuk mengkaitkan nilai tukar Rupiah dengan emas. … pelarangan ini jelas-jelas merugikan negara-negara berkembang yang memiliki sumber emas tersendiri dalam jumlah besar seperti Indonesia. (h.117)
Sistem kapitalis sudah lama menjerat umat muslim dan sering menyebabkan masalah, wacana dalam buku ini sedikit banyak akan mencerahkan kepala tentang alasan di baliknya. Inflasi adalah masalah keuangan yang dapat menyebabkan tabungan dalam bentuk mata uang kertas memiliki potensi mengecil, bahkan hilang. Maka, perlu adanya simpanan ke dalam asset riil yang nilainya terjaga atau naik, yakni asset yang nilainya tetap terhadap komoditas lainnya, seperti berinvestasi dalam bentuk emas/dinar. Nilai emas/dinar sendiri kemungkinan besar memiliki tren kenaikan, terutama jika dijadikan simpanan tahunan.
 
Sebenarnya, ada beberapa aset yang menguntungkan, seperti tanah atau rumah, tapi memilikinya membutuhkan modal besar, sedangkan untuk mendapatkan emas bisa dilakukan dengan nilai di bawah sejuta. Maka dari itu, adalah bahasan dalam buku ini yang mengangkat tema bahwa mempunyai emas tidak harus menunggu kaya. Dinar pun dapat dikumpulkan dulu dalam bentuk dirham/perak supaya meringankan pemilik asset.
“Hakikat uang dalam pemahaman Islam, adalah sama antara nilai intrinsic dengan nilai ekstrinsiknya. Ini yang disebut mata uang yang ‘adil’ yang dimiliki Dinar dan Dirham.” (h.96)
Contoh kasus adanya nilai intrinsik dan ekstrinsik yang adil adalah saat mata uang kertas disobek menjadi dua dan satu bagian dibuang, uang tersebut sudah tidak lagi bernilai, sedangkan untuk emas/dinar, ketika dibagi menjadi beberapa bagianpun tetap akan memiliki nilai jual. Hal inilah yang membuat emas/dinar lebih bernilai uang dibandingkan media yang saat ini banyak kita jumpai.
 
Dalam buku ini juga dipahamkan tentang alasan-alasan lain bagaimana nilai emas/dinar akan menjadi jaminan/asuransi yang bermanfaat dan tidak akan tergoyahkan saat inflasi terus menjajah pasar atau ekonomi suatu negara. Selain itu, buku ini juga banyak bertutur tentang ekonomi Islam yang lebih adil dalam memposisikan keuangan dan uang. Sebuah sistem yang menjadikan kesejahteraan sebagai milik bersama, bukan hanya milik mereka berduit.
“Dalam bukunya Ihya Ulumuddin, sang Imam mengungkapkan bahwa Allah menciptakan emas dan perak sebagai ‘hakim’ yang adil dalam memberikan nilai atau harga. … Artinya, Al-Ghazali percaya bahwa memang Allah menciptakan emas dan perak sebagai alat tukar yang adil dalam transaksi.” (h.245)

Readmore → Think Dinar!

Friday, December 09, 2016

Khadijah, Mahadaya Cinta

Judul: Khadijah, Mahadaya Cinta | Penulis: Fatih Zam | Editor : Sukini | Penerbit: Tinta Medina | Terbit: April 2011 | Tebal: 240 hlm | Bintang: 2/5



“Itulah tujuan akhir cinta, Laila. Menciptakan keharmonisan dan keseimbangan. Semua menuju pada apa yang diinginkan Tuhan. Kedamaian.” (Perempuan Renta ~ h.87)
Pemandangan senja menjadi pembuka kisah. Senja yang tergambar melalui mata tua yang menikmati keindahan semburat tenggelamnya sang matahari. Laila dan sesosok Perempuan Tua yang tak diketahui asal-usulnya ini, berbicara banyak hal tentang kehidupan sembari menyelami senja di lantai atas rumah. Laila yang sudah tak memiliki ayah-ibu dan saudara menganggap si Perempuan Renta ini adalah satu-satunya keluarga.
“Senja itu indah, tapi durasinya singkat. Malam itu pekat, tapi durasinya lebih lama ketimbang senja. Hidup itu indah, tapi sementara. Kematian adalah pemutus kenikmatan dan waktunya lebih lama.” (h.46)
Hingga suatu saat perbincangan mereka beralih pada masalah cinta. Laila berjumpa dengan seorang pemuda, penjual dan pengrajin tembikar, Nahar. Karakter Nahar dalam berdagang tergambar dengan teladan Rasulullah saw, terutama pada kejujurannya. Laila terkesan dan hati Nahar pun tergoda melihat seorang gadis cantik di depan kedai tembikarnya. Cinta bersambut, keduanya menyerap cinta dengan perasaan dan ketakutan masing-masing. Seperti, perbedaan status si kaya dan di miskin menjadi pemikiran Laila dan Nahar.
“Serasi? Apakah serasi mesti selamanya sama, Laila?”
Saat lamaran diajukan Nahar, Laila memiliki syarat. Syarat, sebuah kata yang selalu mengitari kehidupan Nahar akhir-akhir ini, dan membuatnya bertanya-tanya, ada apa dengan syarat. Kenapa selalu ada syarat dalam kehidupannya. Pemikiran yang kemudian menggiringnya pada sebuah keyakinan, “Nahar sampai ke kesimpulan paling mendasar dalam hidup, bahwa miskin dan kaya, sehat dan sakit, tinggi dan pendek, jelita dan buruk rupa adalah syarat dari Tuhan. Karena muaranya sama, mencapai tiang takwa yang menjadi jembatan menuju surga.” (h.122)
 
Syarat Laila, lamaran Nahar diterima jika dia bersedia datang ke rumahnya, setiap senja, dan mendengarkan Perempuan Renta menuturkan kisahnya. Sayangnya, menurut saya, pelaksanaan syarat tersebut tidak tergambar dengan baik, saya tidak terlalu menangkap bagaimana Nahar dan Laila berinteraksi dengan si Perempuan Renta. Bahkan, awalnya, saya kurang menangkap bahwa kisah Cinta Khadijah dan Rasulullah saw sebenarnya dituturkan melalui Perempuan Renta. Saya berpikir alur berjalan sendiri-sendiri, seperti pada serial Muhammad dari Tasaro Gk, tapi menyimpan makna yang saling mempengaruhi.
“Iman mesti bercokol di hati, maka lisan dan anggota badan akan seirama. Dia akan dibutakan oleh iman. Iman sanggup membutakan, Laila. Kebutaan yang pasti diingini semua orang.” (h. 103)
Selipan kisah romantis antara Bunda Khadijah dan Rasulullah saw sendiri tidak ada yang baru, lebih berfungsi sebagai ‘penekan’ makna cinta dalam kisah Laila dan Nahar. Sebuah cinta yang sarat dengan memberi, “… yang lebih dinantikan olehnya (Khadijah) adalah manakala dirinya menjadi tempat berkesah bagi suaminya. Meredakan lelah dan kesah seorang kekasih adalah hal paling istimewa ketimbang bermanja-manja. Karena dengan itu, kehadirannya benar-benar berharga.” (h. 141)
 
Novel ini dipenuhi dengan perenungan dengan gaya bahasa yang puitis. Tentang cinta, kehidupan, dan pengorbanan. Banyaknya perenungan inilah, yang membuat saya sendiri kurang merasakan kemulusan susunan alur dan plot dalam cerita, terkadang ada kesan meloncat-loncat dalam kisahnya. Satu lagi, hingga akhir cerita, misteri siapa sebenarnya sosok Perempuan Renta juga tidak terjawab.
“Takwa adalah nama lain dari termampunya manusia memenuhi dan melewati sarat dari Tuhan. Takwa adalah medali atau tiket bagi manusia yang sudah berhasil melaksanakan syarat dari Tuhan. Tiket takwa itulah yang akan menjadikan manusia sebagai makhluk yang posisinya dekat dengan Tuhan. … Yang terpenting, mereka bisa memenuhi syarat yang telah digariskan Tuhan dalam hidupnya.” (h. 123)

Readmore → Khadijah, Mahadaya Cinta

Friday, December 02, 2016

Belajar Hidup dari Hidup Rasulullah saw

Judul: Belajar Hidup dari Hidup Rasulullah saw | Penulis: 'Amru Khalid | 
Penerjemah: Atik Fikri Ilyas, Yasir Muqashid, Hikmawati | 
Penerbit: Maghfirah |  Terbit: Kedua, Juni 2007| Tebal: 376 hlm | 
Bintang: 5/5


Sebaik-baiknya teladan adalah Rasulullah saw, teladan sebagai pemimpin, sebagai orang tua, sebagai suami, sebagai pengusaha, sebagai teman. Intinya, keseluruhan hidup Rasulullah saw. sangat patut untuk dijadikan teladan bagi seorang muslim. Pertanyaannya, apakah seorang muslim bersedia menjadikan segala unsur dalam diri dan proses dakwah beliau sebagai teladan hidupnya?
“Seseorang yang menyatakan cintanya kepada Rasulullah, dia harus bertanya pada dirinya; Apakah dia sering menyebut namanya? Apakah dia melakukan apa yang diperintahkan? Apakah dia mempelajari sejarahnya yang mulia? Apakah petunjuknya dapat mengalahkan pendapat dan hawa nafsumu?”
Sebelum mengenal Rasulullah saw lebih dalam, penulis mengajak untuk mengetahui apa dan kenapa seorang muslim perlu mengenal, mencintai, dan meneladani sosok Rasulullah saw. Pertanyaan-pertanyaan mendasar disuguhkan untuk dijawab dengan jujur demi mengetahui keabsahan dari cinta seorang muslim kepada Rasulullah saw.
“Muhammad adalah seorang manusia yang dipuji dari kalangan manusia, dan Ahmad  adalah orang yang paling banyak pujiannya kepada Allah. … tidak ada manusia yang lebih banyak pujiannya kepada Allah daripada Rasulullah saw” (h.15)
Kenapa kita harus mencintai Rasulullah, salah satunya, karena Beliau sangat mencintai umatnya, bahkan pada umat Islam yang belum berjumpa dengannya. “Rasulullah pernah berucap, ‘… saudara-saudaraku adalah orang-orang yang datang setelahku dan beriman walaupun mereka belum pernah melihatku. Sungguh aku sangat merindukan mereka, maka aku menangis.” (h.368) Meski belum pernah berjumpa, kelak di hari Akhir, Rasulullah saw akan mengenali umatnya dari bercahayanya wajah karena wudhu, maka inilah salah satu keutamaan dari shalat.

Kecintaan kita kepada Rasulullah memang tidak sebanding dengan para sahabat, tetapi kisah-kisah tentang kecintaan para sahabat kepada Rasulullah saw memperlihatkan betapa agungnya sosok beliau. Bahkan, kecintaan para sahabat terukir pada keinginan yang besar untuk bersanding dengan Rasulullah saw di surga. Maka, penulis memberikan beberapa faktor yang bisa menguatkan cinta kita pada Rasulullah saw, salah satunya adalah banyak membaca dan mempelajari sejarah Rasulullah supaya mengenal kehidupan, jihad, kasih sayangnya, dan segala hal yang berkaitan tentang sejarah Rasulullah (h.37)

Tak sekadar memaparkan tentang alasan dan keistimewaan mencintai Rasulullah, penulis juga mengisahkan sejarah hidup beliau, terutama perjalanan dakwah hingga kematian. Sebenarnya, kisah perjalanan Rasulullah yang disampaikan tidak jauh berbeda dengan sirah nabawiyah lainnya. Tapi yang membuat buku ini berbeda adalah adanya penutup di setiap babnya yang merangkum pelajaran apa yang bisa diambil. Selain itu, dalam penuturan setiap perjalanan Rasulullah saw, penulis akan menyelipkan analisa dan pertanyaan renungan untuk memperkuat pembaca mengenal dan memahami kehidupan Rasulullah.
Pembahasan detail tentang upaya Rasulullah saw mencari suaka ke 26 kabilah (disertai penjelasan nama-nama dan penerimaan kabilah terhadap Rasulullah saw), menjadi pengetahuan baru bagi saya. Pencarian suaka ini dilakukan karena dakwahnya terhadap orang-orang Quraisy tidak membawa hasil. Proses awal sebelum hijrah, perkenalan lalu agenda pertemuan-pertemuan Rasul dengan perwakilan rombongan dari Madinah, hingga sampai di tanah Madinah juga disampaikan dengan mendetail.
“Sesungguhnya, cita-cita besar untuk memperbaiki Negara dan kondisi kita, dapat terwujud dengan cara bekerja keras dan berkorban, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi saw. lewat sentuhan tangan Rasulullah, akhirnya wajah dunia dapat berubah setelah mada duapuluh tahun. Apakah sekarang kita bisa memahami makna firman Allah swt, ‘Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alama’ (Al-Anbiya [21]:107)”
Rasulullah adalah sosok pemimpin yang membumi. Dalam berdakwah beliau tak sekadar menyampaikan tapi juga membimbing sahabat-sahabatnya untuk memberikan ilmu penunjang dakwah. Salah satu yang berkesan adalah bagaimana Rasulullah membekali delegasi-delegasinya dengan ilmu bahasa hingga membuat mereka mudah untuk menyampaikan dakwahnya. “Kekuatan memerlukan pengembangan bakat dan keahlian. Rasulullah suka sekali mempelajari  bahasa asing dan mengembangkan bakat dengan berbagai cara. Kekuatan tidak akan tercipta melainkan dilakukan oleh para pemuda cerdas yang memiliki kemampuan dan bakat.”

Sirah ini tidak hanya berkutat pada sosok Rasulullah, tapi juga terselip kisah-kisah keteguhan para sahabat dalam mempertahankan keimanan dan agamanya. Kecintaan Rasulullah saw kepada umatnya terasa sekali dalamnya, tidak ada kebencian dalam dirinya, perlindungan senantiasa diberikan dengan menepis tawaran-tawaran Malaikat Jibril untuk menghancurkan para musuh Islam. Setelah membaca kedalaman cintanya, bagaimana bisa umatnya tidak mencintai Rasulullah saw?
“Perjalanan hidup Rasulullah saw, ‘Risalah perbaikan bumi’, yakni kisah menangnya kebenaran dan kebajikan di atas kebatilan, juga upaya pembentukan kepribadian, merupakan sebuah misi yang berlangsung selama duapuluh tiga tahun, yang ditujukan kepada umat manusia seluruhnya.

Readmore → Belajar Hidup dari Hidup Rasulullah saw

Monday, November 21, 2016

Reinkarnasi

Judul: Reinkarnasi | Penulis: Sinta Yudisia | Penerbit: Lingkar Pena | Tebal: 594 hlm | Terbit: Pertama, Agustus 2009 | ISBN: 9786028436182 | Bintang: 4/5


“Jangan mengambil keputusan dalam keadaan marah, jangan memusatkan pikiran sebelum jiwamu tenang. Karena bisa jadi orang-orang terdekatmu akan menjadi korban indra ketujuhmu.” (Sentot – h.156)
Memiliki indra ketujuh bukan kekuatan yang awalnya ingin dimiliki oleh Age. Terkadang muncul ketakutan dalam dirinya saat kekuatan tersebut muncul. Bayangan masa depan membuat hidupnya dipenuhi tanda-tanya, ada apa dengan dirinya. Age, pemuda miskin yang tinggal bersama Ibu dan adiknya, Sani. Kemiskinan tidak membuatnya kehilangan kepercayaan-dirian dan surut dengan perjuangan hidup. Age menjadi pemulung atau kerja serabutan untuk membantu Ibunya dan membiayai sekolahnya. “Ia merasa perkasa dengan menjadi pemulung yang hanya mengantongi dua ribu tiap kali berangkat sekolah.” (h.37)
 
Namun, kehadiran Sentot menerbitkan rasa penasaran Age dengan kekuatan dalam dirinya. Sentot yang mengerti tentang kekuatan indra ketujuh berusaha merayu Age untuk ikut dalam bisnisnya. Pekerjaan yang mengandalkan indranya ini tanpa disadarinya semakin menjerumuskannya pada sebuah kekuatan yang memiliki latar belakang mengerikan. Sisi hatinya yang ‘putih’ kerap tidak merestui apa yang dilakukannya. Kebingungan semakin mendera benak Age yang memiliki nama lengkap, Ragil Mulyo.
“Aku tidak pernah minta punya kekuatan seperti ini.” “Orang seringkali merasa lebih pintar dari Tuhan, menganggap Tuhan salah menjalankan tandir-Nya.” (h. 179) “Kamu bukan Tuhan, Age. … Kamu melihat masa depan dan masa lalu, tak berdaya karena tak mampu mengubah semua takdir buruk yang terjadi, tapi Dia Maha Bijaksana untuk menuntun manusia ke arah cahaya-Nya. Maka, Biarkan kekuatan itu menjadi milik-Nya, karena manusia tak akan mampu menahan takut melihat dahsyatnya masa depan.”
Di sisi lain, kisah Ayna yang kakaknya, Wanda, mengalami kegilaan setelah kejatuhan lampu sorot saat menjadi finalis Bintang Indonesia. Perlakuan Wanda yang kasar kepada Age, menimbulkan prasangka bahwa Age, dengan kekuatannya, menjadi penyebab penyakit kejiwaan Wanda. Kemunculan Firda, gadis albino yang memiliki kemampuan mata hati, semakin memperkeruh keadaan.
“Kenyataannya alam gaib itu ada. … Tapi ia berbeda dengan kita, tak perlu kita bersinggungan karena tak ada manfaatnya. Cukuplah kita meyakininya sesuai ajaran Al-Qur’an.” (h. 181)
Plot semakin rumit saat masa lalu Age terkuak, dimana kelahirannya menyimpan ‘perjanjian’ sang ibu dengan jin. “Tujuh dari tujuh. Galuh Anom sendiri putri ketujuh, suaminya putra ketujuh. Anak yang lahir dari rahimnya kelak menempati urutan ketujuh. Keistimewaan yang menakjubkan, apalgi jika anak itu adalah seorang laki-laki! Galun Anom tak sanggup menolak kesempatan yang akan membuat dunianya berubah.” (h.265)
 
Ki Gede, seorang pembuat keris mumpuni, yang insaf dan sedang menjalani pengobatan di pesantren Ust.  Burhan. Pertemuannya dengan Age memberinya firasat pada seorang legenda Jawa dan kekuatan besar dari keris Indrajid. Perdebatan mulai muncul antara Ki Gede dan Ust. Burhan tentang Age. Kekuatan yang dimiliki Age setelah berhasil melepas keris Indrajid dari sarungnya dapat menjadi petaka.
“Bayang sejarah Singosari berkelebat. …Sosok Ken Arok yang tak terkalahkan usai menyatu dengan keris Mpu Gandring di tangannya. … Dibutuhkan beberapa generasi dan korban-korban yang menghentikan laju kekejaman keris Mpu Gandring.” (h. 454)
Kalau saya tidak salah, novel Reinkarnasi adalah pengembangan dari novel Kekuatan Ketu7uh yang pernah diterbitkan Beranda Hikmah pada Oktober 2004. Meski begitu, saya sudah lupa sebagian besar cerita novel Kekuatan ketu7uh, sehingga saat membaca novel ini alur novel tetap tidak tertebak, beberapa kali kecele saat tebakan klise yang saya pikiran melenceng. Memperlihatkan kepiawaian penulis dalam merangkai alur dan plot cerita. 

Saya juga suka melihat riset penulis terkait kekuatan indra ketujuh terkait budaya jawa, candi/situs dan seluk beluk keris. Selain itu, penulis menciptakan karakter-karakter yang dipenuhi dengan keabu-abuan, tidak ada yang baik dan buruk. Semua selayaknya manusia yang memiliki dua sisi sifat yang berlawanan.
Readmore → Reinkarnasi

Saturday, November 05, 2016

Ibu, Istri, dan Anak Saleha

Penulis: Nurul Asmayani
Penyunting: Tree
Penerbit: Qultum Media
Terbit: Pertama, September 2016
Tebal: viii + 204 hlm
Harga: Rp. 59.000 (Diskon di Toko Buku Online)
Bintang: 3.5/5


“Ya Allah… Doa pada-Mu laksana ruang terapi bagi kegalauan hati kami. Luapan atas ketidakberdayaan atas kegagalan rencana-rencana kami. Doa adalah cara-Mu membuat kami berhenti, menyepi, dan menekuri. Doa adalah cara-Mu mengajari bahwa di balik segala kegagalan dan kesalahan kami, masih ada harapan karena Engkau selalu menyertai.” (Pembuka)

Doa pastilah kata yang sangat familiar di telinga kita. Tapi, apakah kata tersebut sudah dipahami sebagai sesuatu yang layak untuk dilakukan terus-menerus? Bukan hanya di kala susah melanda. Doa (beserta dzikrullah) adalah salah satu bentuk ibadah yang memiliki keutamaan tersendiri. Doa merupakan kebutuhan manusia yang berisi untaian kalimat positif demi mendapat ‘tanggapan’ dari Sang Pengabul. Doa adalah sebentuk harapan di kala seluruh harapan telah musnah.
 
Ketika ujian hadir, doa jugalah yang menjadi jurus manusia untuk menghadapinya. Salah satu kisah berjudul Lapis-Lapis Kesabaran memperlihatkan bagaimana kesabaran menghadapi ujian penyakit dalam yang muncul berturut-turut, ternyata tidak menyurutkan seorang ibu untuk terus berdoa di samping putranya sepanjang masa penyembuhan. Penutup kisah pun lebih mengejutkan karena kesabaran sang ibu dan suami telah ditempa jauh sebelum peristiwa tersebut terjadi.
 
“Betapa dahsyatnya kekuatan doa. Oleh karena itu, memintalah. Memintalah hanya kepada-Nya …Tiada yang sulit bagi-Nya, tiada yang mustahil dalam pandangan-Nya.” (h. 36)

Setan selalu menggoda manusia dari arah depan, belakang, kanan dan kiri, tapi ada dua arah yang tidak mampu ditembus oleh setan, yaitu atas dan bawah. Arah bawah adalah kematian, di mana manusia jika mengingatnya akan selalu menjauhi dari perkara dosa. Sedangkan, arah atas adalah Zikir dan doa kepada Allah swt, arah yang membuat setan tak berdaya. Kemampuan manusia menghalau setan ini menjadi salah satu pembahasan terkandung dalam bab Di Balik Doamu.
 
Fokus buku ini sebenarnya pada pembahasan doa dan pembeda dengan buku setema lainnya, adalah adanya pembahasan tentang keistimewaan doa dari para perempuan, sebagai ibu, istri dan anak sholeha. Sekali lagi, sebuah kisah mengena di hati, berjudul Allah Sebaik-Baik Pembuat Rencana mengisahkan seorang dokter yang akan menghadiri sebuah seminar dalam waktu yang mendesak. Perjalanannya tidak mulus, tapi menggiringnya pada sebuah tempat dan memperlihatkan ketulusan doa seorang Ibu.
 
Sebagai ibu, istri dan anak saleha, perempuan adalah makhluk yang memiliki perasaan dengan kedalaman hati yang sering melampaui kaum pria. Terurai dalam bab Doamu Duhai Muslimah, pembahasan tentang ber-husnudhan kepada Allah. Merenungi doa-doa yang mungkin belum juga terkabul meski sudah merasa mati-matian melantunkannya di setiap waktu. Salah satu bisa jadi karena Allah ingin menguji iman kita. Dia ingin melihat manakah orang yang sejati imannya dan murni cintanya. (h.113)
 
 “Disinilah juga letak keistimewaan doa seorang perempuan. Doa perempuan lebih makbul daripada doa laki-laki karena perasaannya yang lebih kuat dari laki-laki. Ketika ditanyakan kepada Rasulullah saw tentang hal tersebut, beliau menjawab, “Ibu lebih penyayang dari bapak dan doa orang yang penyayang tidak ada sia-sia.” (h. 8)

Tidak terlalu berteori dan lebih banyak menyelipkan kisah berhikmah, membuat buku ini tidak membosankan dan monoton. Tampilannya juga cantik, seperti tema bukunya yang pasti akan membuat cantik setiap hati yang membaca dan merenunginya. “Ya Allah … Kemurahan dan kemuliaan-Mu semakin nyata dalam doa. Semakin kami meminta, semakin Engkau cinta. Bahkan, sering pemberian-Mu lebih dari yang mampu kami duga.”
Readmore → Ibu, Istri, dan Anak Saleha

Monday, October 31, 2016

Hadiah Cinta dari Istanbul

Judul: Hadiah Cinta dari Istanbul
Penulis: Fairuz Abadi
Penyunting: Sayyidah Murtafiah Djauhar
Penerbit: HalamanMoeka
Terbit: Mei, 2015
Tebal: 593 halaman
Bintang: 3.5/5



“Sebuah kisah, dihadirkan tak lain untuk menyampaikan hikmah, nasihat, peringatan, dan pelajaran bagi para pembacanya. Namun ia akan berfungsi dengan semestinya bisa siapa saja yang membacanya mau berpikir.” (Prakata)

Tidak dipungkiri lagi bahwa novel Hadiah dari Istanbul sarat dengan hikmah dan ilmu. Kisah Azhar ini mengangkat sejarah Turki dan renungan tentang kehidupan/rumah tangga di sepanjang alur ceritanya. Novel diawali dengan kata pengantar yang sangat menarik buat saya, terutama pembahasan tentang bangsa At-Turk dan pemahaman tentang penaklukan Konstantinopel Barat dan Timur berdasarkan hadist dan pendapat para ulama.
 
Berawal dari impian Azhar yang terwujud, yaitu keinginan untuk mengunjungi Istanbul, salah satu kota di negeri muslim Eropa yang telah menghias lembar-lembar sejarah dengan goresan pena bertinta emas. (h.39) Sebuah tawaran yang diterimanya dari sebuah perusahaan furnitur yang sering dia isi kajiannya, menghendakinya untuk memimpin jama’ah Umrah sekaligus berwisata ke Turki. Keberangkatan yang akan menggiringnya pada sebuah takdir yang penuh kejutan.
 
Sepanjang perjalanan Azhar ke Istanbul inilah, alur dipenuhi dengan sejarah bangsa Turki dan Dinasti Utsmaniyah dengan segala kejayaan, konflik, perebutan kekuasaan yang menjadi salah satu penyebab kemundurannya. “Sejarah kaum Utsmani adalah sebuah lembaran penuh berkah di masa Islam dan satu bagian yang sangat memesona dalam peradaban manusia. Mereka memiliki sifat ketinggian dalam sejarah dunia. Mereka berjihad dan bersungguh-sungguh dalam jihadnya. Mereka banyak melakukan kebaikan, meski juga berbuat kesalahan. Akan tetapi, mereka telah memberikan kebanggaan dan kemuliaan bagi umat.” (Dr. Muhammad Hard – h.75)
 
Di sisi lain, ada kisah Selma, gadis yang menjadi salah satu korban pengeboman di Suria hingga seluruh keluarganya meninggal. Pada alur ini penulis tidak mengaitkan langsung kisahnya dengan Azhar. Sepertinya penulis hanya ingin memperlihatkan keteguhan imannya menghadapi ujian hidup. Kaitan Azhar nantinya dengan keluarga Mr. Mehmet yang menolong Selma. Pertemuan dengan Mr. Mehmet berawal di Mesjid Suleymaniye dan menciptakan keakraban karena pengetahuan Azhar yang sangat luas tentang Sejarah Turki. Mr. Mehmet kagum dengan Azhar karena beliau juga sangat mencintai sejarah.
 
Pada awal-awal kisah bisa dibilang alur ceritanya tenggelam karena banyaknya sejarah yang disampaikan dalam cerita, ada kesan tersendat-sendat. Alur cerita mulai berjalan lancar ketika Keluarga Mr. Mehmet sudah berdomisili di Jakarta. Konflik mulai terasa ketika Azhar melamar Anisah, sedang di saat yang sama keluarga Mr. Mehmet ingin mengajukan Fatma untuk menjadi istrinya. Dilema semakin terasa karena Anisah dan Fatma adalah sahabat dekat, bahkan sekamar kos. Sebuah kondisi yang membuat Fatma harus mati-matian mengendalikan hatinya.
 
“Perang batin memang jauh lebih dahsyat untuk menciptakan suasana remuk redam. …. Sebab medan pertempuran terjadi di dalam hati, di dalam jiwa, di dalam rasa, juga di dalam pikiran. Pada akhirnya perang itu meluluhlantakkan apa saja yang ada dalam diri seseorang, Sebab ia sedang berperang sendirian. Musuhnya adalah dirinya, sedang lawan musuhnya juga dirinya.” (h.293)

Anisah yang akhirnya mengetahui hati Fatma yang remuk, tidak sampai hati meninggalkan begitu saja. Jika Fatma berusaha meredam kesedihannya, Anisah mencari-cari solusi untuk menyelesaikan kondisi tak menyenangkan ini. Proses panjang pencarian Anisah dipenuhi pertimbangan dan shalat-shalat panjang, memohon pertolongan Sang Penguasa Alam untuk menemukan keputusan, hingga dipilihnya jawaban yang kontroversial, Poligami.
 
Konflik tak berhenti di sana, setelah pernikahan, Azhar, Anisah, Fatma, harus menata hati karena sudah pasti tak mudah menjalani pernikahan dengan tiga kepala. Selain itu, ujian juga datang dari usaha jamur tiram yang dijebak Kasmaji karena tidak suka tersaingi. Proses pengambilan keputusan hampir semua tokohnya selalu dilakukan dengan mengkaji ayat alQur’an, hadist dan kisah para sahabat nabi, dari sinilah novel ini memberikan banyak ilmu dan hikmah. Tak sekadar mengantarkan sebuah cerita, tapi juga pemikiran-pemikiran yang berlandaskan ke-Islam-an.
Readmore → Hadiah Cinta dari Istanbul

Monday, October 24, 2016

Reclaim Your Heart

Judul: Rebut Kembali Hatimu
Judul Asli: Reclaim Your Heart
Penulis: Yasmin Mogahed
Penerjemah: Nadya Andwiani
Penerbit: Zaman
Cetakan: Pertama, 2014
Tebal: 297 hlm
Harga: Rp. 55.000 (Diskon di Toko Buku Online)
Bintang: 5/5


“Begitulah jika kita hidup di dunya dengan hati kita. Menghancurkan kita. Itulah kenapa dunya ini menyakitkan. Karena definisi dunya, sebagai sesuatu yang sementara dan tidak sempurna, bertentangan dengan segala sesuatu yang diciptakan untuk kita dambakan.” (h.22)

Keterikatan adalah judul bab yang mengawali kumpulan tulisan Yasmin Mogahed dalam Reclaim Your Heart. Apa yang membuat manusia seringkali bersedih, menderita, kehilangan? Sebagian besar, bahkan hampir semua, disebabkan oleh keterikatan dengan dunia. Dunia yang sebenarnya hanyalah sarana seringkali dijadikan tujuan bagi manusia, sedangkan dunya tidaklah pernah sempurna dan seringkali berujung pada kekecewaan.

“Perjuangan untuk membebaskan hati kita dari semua keterikatan palsu, perjuangan untuk mengosongkan bejana hati kita, adalah perjuangan terbesar dalam kehidupan di dunia ini. Perjuangan itulah inti dari tauhid (monoteisme sejati). (h.48)

Pada beberapa tulisan, penulis menekankan bahwa keterikatan manusia dengan dunia tidak hanya berlaku dengan harta, jabatan atau segala yang tampak nyata, tetapi juga hubungan atau keterikatan hati dengan makhluk. “Tauhid berarti Keesaan tujuan, ketakutan, ibadah, cinta yang tertinggi untuk Allah. Itu berarti keesaan visi dan fokus. Itu berarti mengarahkan pandangan kita pada satu titik tunggal, yang memungkinkan segala hal lainnya meluruh ke tempat masing-masing.” (h.61)

Cinta dan Penderitaan menjadi tema tulisan selanjutnya yang disampaikan penulis. “Melihat yang Sejati mengubah cara kita mencintai. … Jika hatimu diperbudak oleh sesuatu yang terlarang baginya, salah satu akibat dari situasi menyedihkan ini adalah berpaling dari Allah.” (h.108) Disadari atau tidak, rasa cinta kepada pasangan, anak, orangtua, atau makhluk lainnya seringkali mengalahkan kecintaan kepada Sang Pencipta. Rasa cinta fana yang dapat memberikan penderitaan karena dibarengi dengan harapan untuk menjadikannya yang terbaik, padahal semua itu sesuatu yang mustahil.

Salah satu tulisan yang membekas bagi saya, berjudul Disakiti oleh Orang Lain. Sebuah pertanyaan muncul, “Bagaimana kita bisa hidup di dunia yang begitu cacat, tempat orang-orang mengecewakan kita, dan bahkan keluarga kita dapat menghancurkan diri kita?” karena dunia ini tidak sempurna, dunia yang sering menjadi kebanggaan ternyata menyembunyikan pisau yang dapat melukai tanpa kita perkirakan.

Potensi manusia untuk melakukan kejahatan keji terhadap satu sama lain merupakan kebenaran yang menyedihkan tentang hidup ini. Namun, kemampuan untuk mudah memaafkan harus didorong oleh kesadaran akan kekurangan dan kesalahan kita sendiri terhadap orang lain, karena kita juga makhluk yang berpotensi melakukan kekejian pada orang lain. Menghadirkan kerendahan hati bahwa kita juga sering melakukan kesalahan kepada Allah setiap hari dalam hidup kita.

“Kadang-kadang kita gagal mengenali hubungan langsung antara penderitaan di dalam hidup kita dan hubungan kita dengan Allah. … Penderitaan sulit menguji iman, ketabahan, dan kekuatan kita. Kemalangan melucuti topeng kita, mengungkap kebenaran di balik pernyataan keimanan belaka. Kesukaran memisahkan pernyataan keimanan yang tulus atau yang semu. (h.153)

Hubungan dengan Sang Pencipta adalah bab yang lebih banyak berbicara tentang ibadah kita yang merupakan sarana terkuat manusia untuk menjalin hubungan dengan Allah SWT. Shalat, Puasa, Doa dan lainnya yang kerap dilakukan sekadar pemenuhan kewajiban, sekadar gerak tubuh, bukan lagi kebutuhan atas perlindungan dari keburukan dunia. “Dengan meninggalkan shalat, manusia telah menanggalkan baju zirah dari Allah, dan memasuki medan pertempuran tanpa perlindungan.” (h.180) Sedangkan, jebakan setan yang bagian-bagiannya menjadi penguji keimanan, muncul hampir setiap detik dalam kehidupan manusia.

“Saat ini feminisme Barat menghapus Allah dari gambaran besar, tidak ada standar yang tersisa--- selain standar kaum laki-laki. Dengan demikian, ia telah menerima asumsi yang keliru. Ia telah menerima bahwa kaum lelaki adalah standar acuan, dan dengan demikian seorang perempuan tidak pernah bisa menjadi manusia yang utuh sampai ia menjadi sama seperti laki-laki.” (h.222)

Apa yang selalu digaungkan oleh pemikiran feminis, adalah kesetaraan gender, dan itu selalu mengarah pada persamaan yang menjadikan lelaki sebagai acuannya. Sedangkan, perempuan memiliki keunggulannya sendiri, perasaan, kelembutan dan keindahan di dalam kekhasan diri yang dianugerahi oleh Allah. Realitas inilah, yang disinggung pada bab Status Perempuan. Perbedaan yang seharusnya menjadi anugerah, tergeser oleh paham-paham yang mencoba mengaburkan keberkahan.
Sedangkan di sisi lain, perempuan seringkali menjadi bahan eksploitasi dan pajangan untuk memuaskan pandangan lelaki, realitas yang dibalut kebohongan sebagai suatu kebebasan dan kesuksesan perempuan.

“Aku adalah ‘budak’, tetapi kau mengajarkan bahwa aku bebas. Aku menjadi obyekmu, tetapi kau bersumpah bahwa itu adalah kesuksesan. Karena kau mengajariku bahwa tujuan hidupku adalah untuk dipamerkan, untuk menarik, dan menjadi cantik bagi kaum lelaki. Kau telah membuatku percaya bahwa tubuhku diciptakan untuk memasarkan mobilmu. Tapi, kau BOHONG. … Kau mengerti, sebagai perempuan muslim, aku telah dibebaskan dari perbudakan terselubung. Aku tidak tunduk kepada pada hamba Tuhan di bumi. Aku tunduk kepada Raja mereka.” (Surat Terbuka kepada Budaya yang Telah Membesarkanku – h.228)

Saat menuliskan ulasan buku ini rasanya ingin menuangkan semua kutipan, yang bisa berarti seluruh isi buku. Banyak kalimat yang dapat kita simpan dan kembali direkam ketika kondisi iman sedang menurun. Banyak hal dalam buku ini yang bisa dijadikan renungan untuk kembali merebut hati kita dari keterikatan dunia dan kecintaan makhluk yang melalaikan.

“… hanya ada satu buhul tali yang amat kuat dan tidak ada putus. Hanya ada satu tempat kita bisa bergantung. Hanya ada satu hubungan yang menentukan nilai-nilai kita dan hanya satu sumber bagi kita untuk mencapai kebahagiaan, kepuasan, dan keselamatan tertinggi. Satu tempat itu adalah Allah.” (h.21)

Readmore → Reclaim Your Heart

Saturday, October 15, 2016

Pembawa Kabar dari Andalusia

Judul: Pembawa Kabar dari Andalusia
Penulis: Ali Al Ghareem
Penerjemah: Yusuf Burhanudin
Penerbit: Syaamil
Cetakan: Pertama, November 2005/Syawal 1426H
Tebal: vi+368 hlm
Bintang: 2/5




  • “… Permusuhan dan kebencian datang di balik kepentingan tertentu. Musuhilah aku sebagaimana musuh-musuh yang merongrong kekayaan, pangkat, dan jabatanmu. Itu semua adalah naluri, wahai Tuan Putri! Engkau akan melihatnya pada manusia sebagaimana kau menyaksikannya pada hewan-hewan. Hamparkanlah semangkuk biji-bijian di antara ayam-ayam. Perhatikanlah, apa yang akan engkau perbuat?” (h. 216)


Novel ini bercerita tentang intrik politik dan konflik cinta. Awal cerita banyak berkisah tentang kehidupan penyair dan syair-syair yang agak sulit saya cerna. Tokoh utama, Ibnu Zaidun adalah seorang penyair yang diidamkan dua wanita dengan kekuatan politis yang besar di Andalusia. Salah satunya, Aisyah, yang ternyata seorang mata-mata Spanyol. “Aisyah binti Ghalib?! Dia adalah seorang wanita yang terpelajar. Para tokoh dan pemuka masyarakat maupun para seniman sering menghadiri pertemuannya. … Dari sebagian isu yang beredar, dia adalah mata-mata Ibnu Azvonus.” (h.21)

Kalau saya tidak salah menangkap dari latar sejarahnya, periode kisah Ibnu Zaidun berlangsung pada masa pemerintahan Abu al-Hazm ibn Jahwar, seseorang yang menghapuskan khilafah dikarenakan tidak ada sosok yang layak mendudukinya. “Wahai Wilada, orang-orang Cordova sebenarnya tidak rela satu sistem pemerintahan selain sistem kekhalifahan.  Mereka mencintai kekhalifahan, menghormati kedudukannya, dan menaati kebijakannya. …Mereka sungguh rela dengan kepemimpinan pada masa Al Manshur bin Abu Amir sekalipun diktator. … yang padahal pemerintahan ini dianggap batal oleh Ibnu Jahwar.” (h.48)

"Sesungguhnya Ibnu Jahwar tengah memercayakan pada Ibnu Zaidun untuk mengantarkan dirinya ke singgasana kementrian dalam waktu dekat.” (h.53) Ibnu Zaidun, seorang penyair dan cendikiawan yang mendapatkan kepercayaan menyampaikan pesan ke luar negeri karena syairnya yang dipandang sangat cerdas. Kesempatan ini membuat Aisyah binti Ghalib semakin berkeras untuk mendapatkan Ibnu Jahwar, meski sudah ditolak. Latar belakang Aisyah juga diungkap mulai dari Kakeknya, tapi saya tidak melihat sisi pentingnya dalam alur cerita.

Wilada, adalah perempuan satu lagi yang menyukai dan disukai oleh Ibnu Zaidun, tapi situasi tidak banyak mendukung keduanya. Wilada binti Al Mustakfi dan Naila Al Dimasykia, dua orang yang berusaha melindungi Ibnu Zaidun dari jebakan-jebakan yang digelar oleh Aisyah dan memohonkan ampun. Di dalam pemerintahan sendiri Ibnu Zaidun memiliki musuh yang selalu bersemangat menjatuhkannya, hingga suatu ketika jebakan berhasil membuat Ibnu Jahwar kehilangan kepercayaan dan memenjarakannya.

Sayangnya, penggambaran narasi tentang Ibnu Zaidun yang cerdas tidak terlalu saya tangkap, selain dari syair-syairnya (yang juga tidak terlalu say abaca), penilaian saya sendiri tentang Ibnu Zaidun, tipe yang lemah dan ceroboh, bahkan munafik. Surat-surat Ibnu Zaidun kepada Aisyah di awal cerita, malah berisikan cacian kepada sosok dan pemerintahan Ibnu Jahwar dan sempat akan digunakan Aisyah untuk mengancamnya. “Satu surat ini sebenarnya cukup untuk mengancam darahku dan menghapus namaku dari daftar kehidupan.” (Ibnu Zaidun ~ h.176) Beruntung ada Naila Al Dimasykia yang berhasil mengambil surat-surat tersebut dengan siasatnya. Aisyah tetap tidak menyerah untuk mendapatkan Ibnu Zaidun, meski harus menghadapi pengusiran dari Ibnu Jahwar. Jika diperhatikan, tokoh-tokoh perempuan dalam novel inilah yang menjadi sosok tangguh.

Hampir semua syair saya lewati karena kurang memahami isinya, lebih fokus pada alur cerita. Segalanya terasa nanggung, kisah cintanya, sejarahnya, intrik politiknya, menurut saya menjelang akhir cerita, ada kesan terburu-buru menutup kisah, sejak kepindahan Ibnu Zaidun. Pertemuan terakhirnya dengan Wilada pun tidak terlalu menyentuh, mengingat inilah momen yang dinanti-nanti oleh Ibnu Zaidun.

Readmore → Pembawa Kabar dari Andalusia

Thursday, October 06, 2016

Perempuan Kertas

Judul: Perempuan Kertas
Penulis: Alga Biru dan Selvia Stiphani
Penerbit: Quanta
Cetakan: 2014
Tebal: 112 hlm
Bintang: 3/5


“Hai kamu… Iya kamu! Perempuan jangan seperti kertas ya. Gampang dirobek-robek.” (Sinopsis)

Sejarah menunjukkan bahwa perempuan mulai mendapatkan kemuliaan sejak Islam didakwahkan oleh Rasulullah saw. Dan sebaik-baiknya perempuan adalah yang sholehah. Seperti yang disebutkan kutipan di atas, perempuan itu laksana kertas atau kaca, jika salah penempatan atau perlakukan akan mudah hancur. Karenanya Islam sangat menjaga perempuan,

Para ‘pemikir modern’ sering mengangkat tema feminis untuk membuat perempuan goyah dengan mengumbar stigma bahwa agama mengekang perempuan. Sayangnya, banyak perempuan yang lebih tergoda memilih untuk menyisihkan pelindungnya dan tak menyadari bahwa pilihannya bisa berdampak mengerikan pada dirinya.

“Tantang arus dengan segala prinsip yang ada di dada. Menantang arus, hanya dilakukan oleh orang-orang bernyali. Apakah kita cukup bernyali?” (h.19)

Jika ditarik garis besar, pembahasan buku ini adalah mengkritisi tentang pergaulan, terutama masalah pacaran, kemudian difokuskan kembali kepada perempuan. Pembahasan dimulai dari pengenalan diri sendiri yang seringkali menilai sebenarnya pacaran seperti apa. Bisikan-bisikan setan tentang ‘indahnya’ pacaran. Segala hal yang sering dirasa, dipikir dan dikira oleh para pengidam hubungan labil, sarat dosa.

“Aku rasa… Kicauan kecil di hati bersuara. Si dia lewat di depanku. Darah mengalir, seeerrr dari ulu hati ke relung-relungnya. Ternyata begini rasanya cinta monyet, cinta simalakama. Jika diambil bisa kebablasan, kalau tak diambil takut ketinggalan zaman. Aku rasa….” (h.2)

Alasan sering dijadikan tameng untuk melakukan sesuatu, termasuk juga ketika seseorang ingin membenarkan aktivitas pacaran. Semboyan, “Sandal aja pasangan, masa kamu nggak” seperti melekat di benak para remaja. Pacaran seperti menjadi kebutuhan wajib supaya tetap eksis. Dari beberapa alasan, salah satu yang disinggung dalam buku Perempuan Kertas adalah Mengikuti Zaman.

“Ada yang berdalih, pacaran susah ditinggalin sebab udah jadi tuntutan zaman. Kalo gak punya pacar berasa nggak gaul. …. Entah sejak kapan tatanan nilai sudah demikian bergeser. Tampaknya sejak pahan liberalisme, hedonisme, dan permisifisme masuk ke pikiran remaja muslim, pacaran yang jadi alat dari kebebasan berekspresi makin tumbuh subuh.” (h.18)

Lupakan adalah judul bab yang membahas tentang cara ampuh melupakan mantan/pacar berlanjut ke cara berusaha memperbaiki diri yang terurai pada bab Tobat. Dua bab inilah yang penting dipahami dan dilakukan untuk menjadi remaja yang tidak melulu berpikir tentang romantika pasangan non halal. Komitmen membenahi diri akan membuat tenaga dan masa muda tidak menjadi sia-sia.  Belajar tentang etika pergaulan dan memaknai cinta sejati juga dibahas menjadi salah satu poin penting untuk lebih berhati-hati dengan hati, segumpal daging yang sangat mempengaruhi diri manusia.

“Satu-satunya jalan mengecap indahnya cinta ialah berada dalam koridor cinta yang benar. Mengawasi hawa nafsu tidak sebagai komando yang menggerakkan rasa. Cinta yang halal, dialah cinta terindah. … Pemiliknya tidak perlu khawatir dengan rayuan gombal, karena cinta yang halal diikat oleh janji Tuhan.” (h. 76)

Cara bertutur gaul dijadikan senjata untuk merangkul segmen pembaca remaja yang memang menjadi sasaran buku ini. Penulis berusaha untuk menjadikan bahasan seperti obrolan dan tidak terasa kaku. Hanya saja, ada ganjalan dengan konsep yang ingin digunakan penulis. Pada awalan penuturan buku ini tampak menarik karena penulis menciptakan figur Alga dan Putri Padi untuk menyampaikan materi sehingga tidak terkesan menggurui. Sayangnya, menurut saya, konsep tersebut tidak berjalan, karena semakin ke belakang, ‘peran’ dari Alga ataupun Putri Padi tidak terlalu terlihat.

“Jangan menjadikan dosa itu sebagai kenangan yang tidak bisa dillupakan. Kita meski bisa memaafkan diri sendiri, karena awal perubahan diri kita adalah ketika kita mampu memaafkan diri sendiri, kemudian menancapkan tekad untuk berubah menjadi lebih baik.” (h.46)

Readmore → Perempuan Kertas

Wednesday, September 28, 2016

Legenda 4 Umara Besar

Penulis: Indra Gunawan, Lc
Penerbit: Quanta
Cetakan: 2014
Tebal: 262 hlm
Harga: Rp. 49.800 (Diskon di Toko Buku Online)
Bintang: 3.5/5


“Sungguh miris, jika ternyata orang non-Muslim lebih paham sejarah kegemilangan Muslimin daripada orang-orang Islam sendiri. Padahal, sepertiga Al-Qur’an berisi tentang kisah-kisah, mengajarkan kita bahwa belajar sejarah merupakan cara efektif mengambil pelajaran, membangkitkan kesadaran.” (h. 111)

Legenda 4 Umara Besar. Saat melihat nama-nama di bagian sampul buku, hanya satu nama yang sangat familiar di kepalaku, yaitu Shalahuddin Al-Ayyubi. Jadi, melihat nama-nama lain diberi ‘gelar’ umara besar oleh buku ini, saya penasaran dengan sosok-sosoknya. Selain Shalahuddin Al-Ayyubi, profil yang ingin dituangkan adalah Muawiyah bin Abu Sufyan, Abu Ja’far al-Manshur, dan Abdul Hamid II, nama-nama yang hanya saya kenal sepintas.

Dibuka dengan nama Muawiyah bin Abu Sufyan. Nama Abu Sufyan lebih saya kenal, dari pada Muawiyah karena memang lebih sering membaca sejarah awal Rasulullah dibandingkan dengan sejarah tokoh lainnya. Meski ayah Muawiyah adalah pembangkang di awal dakwah Rasulullah, tapi hijrahnya Abu Sufyan bersama keluarganya, berperan dalam perjuangan Islam di kemudian hari. Muawiyah sendiri dipilih oleh Rasulullah sebagai sekretaris, sekaligus salah satu penulis wahyu.

Muawiyah menjadi pemimpin sejak berdirinya dinasti Ummayah. Meski mendapat hujatan karena menentang khalifah Ali bin Abi Thalib, pemerintahan di eranya mampu meredakan sengketa dalam tubuh pemeluk Islam yang pada masa itu sedang panas. “Terbukti, umat yang tadinya tercabik-cabik kini kembali bersatu. Tak ada lagi pertempuran besar antar-Muslimin.” (h.30) Menurut penulis, meski sosok Muawiyah memiliki kekurangan seperti kehidupannya yang bergelimang harta, tapi banyak sekali sumber sejarah yang menyudutkan Muawiyah tanpa melihat lebih dalam pada masalah terjadi.

Sosoknya diceritakan sejak masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, saat pendirian dinasti Ummayah, Konflik dengan Ali bin Abu Thalib, hingga bagaimana Muawiyah menenangkan kembali kondisi umat Islam. Pada bab ini juga dijelaskan tentang alasan perpecahan Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan, yang luar biasanya tidak membuat keduanya saling membenci.

Berlanjut ke masa Dinasti Abbasiyah, dengan sosok Abu Ja’far Al-Manshur. Figur ini dipenuhi dengan intrik, pembunuhan dan penjegalan pihak pesaing, termasuk oleh Al-Manshur yang juga memilih membunuh pesaingnya untuk meraih kursi kekuasaan. Jadi apa yang membuatnya layak untuk disebut Umara besar?

Penulis menuliskan, “Prinsipnya yang anti berleha-leha berbanding lurus dengan amalnya sepanjang 22 tahun bertakhta. Tahun demi tahun, pembangunan dan penyejahteraan rakyat digalakkan. Kemajuan ilmu pengetahuan disokong besar-besaran.” (h.66) “Al-Manshur lebih berani merombak dan membongkar pasang sistem demi tercapainya pemerintahan yang ideal.” (h.90)
Pada profil Al-Manshur, dijelaskan juga bagaimana pergerakan Syiah pada era Abbasiyah. Menurutku pada bab ini, ada bagian yang membingungkan yaitu alur maju-mundurnya sulit diprediksi. Jadi, harus berpegang pada tahun dan peristiwa yang selalu ditampilkan di setiap bab profil tokoh.

Selanjutnya, Shalahuddin Al-Ayyubi, adalah bagian terpanjang dari empat umara yang dikisahkan dalam buku ini. Karena menceritakan juga era sebelum Shalahuddin unjuk diri dalam pemerintahan Dinasti Zankiyah. Shalahuddin terlibat dalam kancah pertempuran sejak usai 27 tahun, dan menjadi orang kepercayaan dan kepanjangan tangan dari Nuruddin. Banyak nama yang muncul pada bab Shalahuddin ini, dan beberapa hampir mirip, seperti nama Nuruddin dan Najmuddin, ayah Shalahuddin, jadi agak hati-hati atau terkadang perlu membaca ulang jika terasa janggal.

Konflik sejarah antara Shalahuddin dan Nuruddin dibahas dalam buku ini, meski saya kurang mengerti literatur apa yang digunakan penulis, beliau mencoba membantah beberapa tudingan buruk sejarah pada diri Shalahuddin Al-Ayyubi. Sekaligus memperlihatkan kemampuan Al-Ayyubi dalam mengelola pemerintahan.

Abdul Hamid II, profilnya termasuk yang baru karena hidup pada abad ke-19, bisa dibilang, saya paling terkesan dengan beliau, karena keberaniannya menentang pihak asing dan kaum Zionist, isu yang sampai saat ini masih melekat dalam sejarah Islam. “Namanya ditulis dengan tinta merah di buku-buku sejarah hanya gara-gara pembangkangannya pada konspirasi zionisme. Kaum Yahudi yang menguasai media massa dan informasi dunia mendeskriditkannya sebagai pemimpin haus darah karena tidak mengizinkan berdirinya Negara Israel di Palestina.” (h. 217)

Abdul Hamid harus berjuang, tak hanya berhadapan dengan pihak asing tapi juga pemerintahannya sendiri yang mendewakan konstitusi. Beliau harus maju-mundur dengan konstitusi karena pertimbangan kondisi Negara. Bahkan, kejatuhannya juga dikarenakan protes dari rakyatnya sendiri, Gerakan Turki Muda, yang telah dijadikan boneka oleh kaum sekuler.

Sebenarnya saat membaca profil keempat Umara ini, pembaca juga disuguhi sejarah islam era kedinastian hingga masa sekarang. Diharapkan dari buku ini ditemukan sosok pemimpin yang memiliki karakter kuat dan ketaqwaan yang tinggi, dan belajar dari sejarah menjadi salah satu poin berharga untuk membangkitkan kearifan dalam membangun pemerintahan yang berlandaskan pada Allah swt.

“Untuk menelusuri seluk-beluk penerapan system dan hukum Islam dalam kehidupan bernegara inilah, maka sejarah perlu dipampangkan. Dalam hal ini para umara memainkan peran vitalnya mengawal karakteristik Islam sebagai penebar rahmat bagi alam.” (h.xii)
Readmore → Legenda 4 Umara Besar

Wednesday, September 14, 2016

Ikhtiar Meraih Ridha Allah

Judul: Ikhtiar Meraih Ridha Allah
Penulis: Abdullah Gymnastiar
Penerbit: Emqies Publishing
Tebal: 258 hlm
Harga: Rp. 60.000
Bintang: 4/5


Kisah Nabi Musa as. yang berguru pada Nabi Khidir as. menjadi salah satu bagian yang berkesan dalam buku Ikhtiar Meraih Ridha Allah. Peristiwa saat Nabi Musa protes melihat tindakan Nabi Khidir, yang menurutnya tidak lazim, memperlihatkan ketergesaan dan kekurangpahaman Nabi Musa as. Protes semacam inilah yang sering terjadi pada manusia atas ketetapan Allah swt. 

“Kita harus selalu siap dengan yang cocok maupun yang tidak cocok dengan keinginan. Sesungguhnya, dengan kemahasempurnaan ilmu-Nya, Allah akan memberikan yang terbaik untuk kita, hamba-Nya.” (h. 45)

Segala tindakan atau kejadian yang melanda manusia, semuanya tidak lepas dari kendali Allah. Maka sangat patutlah jika manusia menaruh harap dan takutnya hanya kepada Allah swt, harap atas segala keridhoan dan nikmat-Nya, serta takut karena banyaknya dosa yang telah diperbuat. Harap dan takut inilah yang akan mendatangkan kebahagiaan jika semua yang dilakukan atas dasar cinta pada Allah swt.
Secara garis besar pembahasan buku ini adalah terkait manajemen qolbu dan tauhid, sesuai dengan tema yang sering diangkat Aa Gym dalam tausiyahnya. Pembahasan dibagi menjadi tiga bab, Perjalanan Menuju Allah, Yang Disukai Allah dan Tidak Disukai Allah. Judul bab yang menurut saya ringkas dan jelas, tanpa kalimat yang mengandung ambigu atau tanda tanya. Pemahaman yang disampaikan melalui kumpulan tulisan pun berkaitan dengan realita masa kini tanpa teori yang rumit. Sederhana menggambarkan situasi yang akrab dengan keseharian.

“Tak perlu sibuk mencari cinta dan perhatian manusia karena yang membolak-balikkan hati adalah Allah. Sibukkan saja untuk mencari cinta-Nya. Sungguh mudah bagi Allah untuk menyimpan cinta di hati hamba-hamba-Nya.” (h. 64)

Pembahasan masalah cinta dan pencarian perhatian dari makhluk di era social media saat ini sangat mudah ditemukan. Sebuah fenomena yang diungkit dalam buku ini, fenomena yang sudah tampak lazim, ketika ‘like’ sering menjadi ‘kebutuhan’ manusia demi sebentuk pengakuan dari manusia lainnya. Realita dimana pandangan  atau perkataan makhluk lebih dianggap daripada nilai ketaatan kepada Allah swt. Padahal, segala penerimaan dan penolakan dari makhluk adalah sepenuhnya kendali Allah swt, karena Dia-lah yang Maha membolak-balikkan hati.

“Apabila dikritik atau dikoreksi, daripada sibuk mencari alasan untuk membela diri, kita lebih baik sibuk untuk jujur akan kekurangan diri dan fokus memperbaikinya,” (h.169)

Begitupun saat terjadi sesuatu yang tidak cocok dengan keinginan/ penilaian, selalu ada hikmah dibalik segala kejadian, salah satunya terkait penghinaan yang kerap meninggalkan sakit hati bagi penerimanya. Sedikit kutipan tentang penghinaan yang layak untuk disimpan dalam benak, “Ingatlah, Allah masih menutupi sebagian besar kehinaan kita. Ingat pula bahwa rasa sakit dihina ini menggugurkan dosa. Dengan kepahitan tersebut, kita pun bisa mendapat pahala sabar.” (h. 171)
“Aku tidak peduli kelapangan dan kesempitan, karena keduanya baik,” ~ Ali bin Abi Thalib. Dalam kesempitan bisa sabar, dan akan mendapatkan pahala kesabaran. Dalam kelapangan bisa bersyukur, itu juga menjadi kebaikan. Semuanya baik, asalkan manusia bersedia menciptakan sudut pandang positif bahwa Allah tidak akan pernah menyia-siakan hamba-Nya, bahwa apa yang terlihat baik, belum tentu baik, begitupun sebaliknya. Allah Maha Tahu. 

“Lalu, di manakah kunci untuk memiliki hati yang nyaman? Kuncinya akan kita temukan manakala hati tidak bersandar, tidak berharap, tidak bergantung, sekecil apapun selain hanya kepada Allah Ta’ala. Jika demikian, Allah pasti akan mencukupi kebutuhannya dengan sempurna.” (h. 94)

Readmore → Ikhtiar Meraih Ridha Allah

Sunday, May 22, 2016

5 Pesan Damai

Penulis: Vbi Djenggotten
Penyunting: Syafawi Ahmad
Penerbit: Zahira
ISBN: 978-602-17815-3-1
Cetak: Pertama, Mei 2013
Tebal: 136 hlm
Bintang: 4/5
Harga: Rp.44.500 (Diskon di Toko Buku Online)


“Yusuf Qardhawi menuliskan dalam Fiqih Jihad, ‘Setiap perang dengan niat yang benar adalah jihad. Namun tidak setiap jihad adalah perang.”

Persepsi jihad yang melanda pemikiran awam, bahkan mungkin dalam kepala seorang muslim, seringkali diidentikan dengan perang. Berangkat berperang melawan kedzoliman memang jihad tapi ketika berbicara tentang jihad, tidak melulu tentang perang. Jihad terbesar bagi setiap muslim adalah mengalahkan hawa nafsu.


Kehancuran fisik yang dihasilkan dari bom, juga sering menghancurkan pemahaman pihak luar terhadap Islam. Islam agama kekerasan dijadikan tagline bagi media barat untuk mengacak-acak barisan umat serta mengaburkan faktor Rahmatan lil 'alamin yang sebenarnya terkandung dalam ajaran Islam.


Saatnya untuk mengenal jihad, dengan pemahaman yang lebih baik, tanpa pengaruh dari pergeseran makna yang digiring oleh media sekuler. Penyampaian melalui komik pastinya lebih membantu dan meringankan pembaca untuk mengetahui tentang tema 'berat', salah satunya jihad.

Saat ilmu tidak ada, maka perbuatan bisa menjadi bumerang.
Saat ilmu tidak disertai pemahaman, seringkali menyesatkan. 


Readmore → 5 Pesan Damai

Saturday, May 21, 2016

Muhammad #1 Lelaki Penggenggam Hujan

Judul: Muhammad #1 Lelaki Penggenggam Hujan
Penulis: Tasaro Gk
Penyunting Ahli: Ahmad Rofi’ Usmani
Penyunting: Fahd Djibran
Penerbit: Bentang Pustaka
ISBN: 978-979-1227-79-7
Cetak: Pertama, Maret 2010
Tebal: xxvi + 546 hlm
Bintang: 4/5
Harga: Rp. 99.000 (Diskon di Toko Buku Diskon)



Meski sudah pernah membaca, ternyata saya benar-benar lupa alur cerita. Sepanjang membaca alur bagian Kashva, kepala saya masih dipenuhi tanda tanya, cerita akan mengalir ke mana dan diskusi menarik apalagi yang dialaminya. Kashva seorang pemikir yang menganut agama Zardhust. Surat-menyurat dia lakukan dengan penganut agama lain demi menambal rasa ingin tahunya yang besar tentang keyakinan lain. Sahabat pena yang paling berkesan bagi Kashva adalah Elyas, penganut agama Kristen, salah satu surat yang menarik perhatiannya adalah saat El menyampaikan adanya Nabi baru dari tanah Arab.

Fakta munculnya nabi baru menggiring Kashva pada pelarian panjang akibat tindakan kerasnya pada sang pemimpin Khosrou. Dalam pelariannya, Kashva berusaha menguak rahasia di balik ayat-ayat Kuthab Sukt yang kabarnya juga menyampaikan tentang munculnya pemimpin murni yang baru. Sayangnya, ketenangan tidak kunjung berkawan dengan Kashva. Usahanya untuk berdiskusi dengan beberapa orang tidak pernah tuntas karena Tentara Khosrou terus mengutit Kashva dari Persia – Gathas – Perbatasan, hingga akhirnya dia terseret badai salju ke negeri tujuan.

Kisah pencarian Kashva tentang nubuat kedatangan nabi baru, berselang-seling dengan sejarah Nabi Muhammad saw. Sepanjang membaca alur kisah Rasulullah saw tidak banyak hal baru yang saya temukan. Tapi poin yang menarik adalah bagaimana Tasaro menyuguhkan Sirah Nabawiyah dengan cara yang lain. Penggunaan alur maju-mundur terasa menyenangkan karena membuat saya menerka-nerka bagian ini akan berlanjut ke bagian sejarah yang mana.

“Hamzah dan keponakannya, ‘Abdullah, dikuburkan dalam satu liang. Apakah sampai pada tahap ini, engkau masih merasakan dentuman dahsyat di dadamu, Wahai Lelaki yang Suka Menyendiri? Mungkinkah itu karena bayangan Hamzah yang tak pernah lelah mendukungmu kemudian engkau sandingkan dengan perlakukan musuh terhadap jasadnya setelah mati yang sungguh tak manusiawi?“ (Alur cerita Rasulullah saw – h. 43)

Cara penulis melukiskan perasaan/pemikiran Rasulullah atau sahabat/iyat lainnya, melalui kalimat tanya yang terasa puitis dan romantis, cukup berhasil menghanyutkan imajinasi. Pilihan gaya penulisan yang menarik untuk menghidupkan sisi rasa dari sirah Rasulullah. Meski penulis sempat menyinggung beberapa nama penulis buku referensi di bagian ‘Jejaring Muhammad’, tapi memperjelas sumber referensi dari penulisan sejarah, menurut saya sangat penting dalam buku, dan poin ini tidak ada dalam seri pertama Muhammad.

Seri Muhammad – Tasaro Gk:
1.    Muhammad, Lelaki Penggenggam Hujan
2.    Muhammad, Lelaki Pengeja Hujan
3.    Muhammad, Lelaki Pewaris Hujan
4.    Muhammad, Generasi Penggema Hujan
Readmore → Muhammad #1 Lelaki Penggenggam Hujan

Thursday, April 28, 2016

Dari Puncak Bagdad

Penulis: Tamim Ansary
Penerjemah: Yuliani Liputo
Penerbit: Zaman
Cetak: Kedua, 2010
Tebal: 588 hlm
ISBN: 978-979-024-194-7
Harga: Rp. 85.000 (Diskon di Toko Buku Online)
Bintang: 4/5


“Sejarah selalu berulang. Hanya waktu dan ruang saja yang berbeda. Sejarah selalu kembali terjadi. Hanya peristiwa dan lakon saja yang berganti. Dan seharusnya, pengalaman memberikan kita pelajaran yang berguna. Bagaimana seharusnya menghadapi musibah. Bagaimana selayaknya menerima anugerah.”

Kutipan di atas saya ambil dari Buku The Secret for Muslim oleh Herry Nurdi. Rasanya pas dengan sebagian kejadian sejarah dalam buku Dari Puncak Bagdad yang menuturkan perkembangan Islam sejak masa Rasulullah hingga saat ini, saat di mana muslim sudah semakin asing dengan keislamannya.

Tidak diragukan lagi, masa Rasulullah adalah era generasi emas yang menerapkan nilai ketaqwaan di atas segalanya. Masa dimana Rasulullah menjadi sosok nyata untuk diteladani dari segala tempaan ujian kejahilan yang merajalela. Pasca meninggalnya Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abu Thalib menjadi khalifah berturut-turut diiringi konflik/pemberontakan dari kaum yang tidak sepaham.

Sengketa dalam tubuh islam semakin menguat setelah masa kekhalifahan Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Kondisi yang berlanjut dengan ‘menaikkan’ Bani Ummayah menjadi pemimpin. Menurut penulis, setelah kematian Ali bin Abi Thalib, kekhalifahan hanyalah sebuah kekaisaran dengan sistem kepemimpinan berdasarkan keturunan. Tradisi ini juga berlanjut saat puncak kepemimpinan dipegang Bani Abbasiyah.

Kestabilan dalam pemerintahan Negara Islam sudah mulai terkikis dengan banyaknya perebutan kekuasaan dan pemberontakan. Intervensi dari luar Tanah Arab pun menjadi penyebab keroposnya kesatuan dari kaum muslimin, mulai dari bumerang pembentukan korp Turki hingga masuknya bangsa Eropa.

Perang Salib yang dianggap sebagai bentrokan besar, pada masa itu, antara kaum muslim dan Kristen, dianggap menjadi awal mula ketertarikan bangsa Eropa pada Timur Tengah dan Asia. Dampak lain dari kedatangan Bangsa Eropa adalah munculnya kolonialisme dan taktik intervensi pada pemerintahan ‘Islam’, untuk mengeruk hasil kesuburan dan kekayaan alam Dunia Tengah.

Saat membaca sejarah intervensi Eropa inilah, saya seperti melihat realita negeri sendiri. Penulis menyampaikan dengan terperinci bagaimana bangsa-bangsa Eropa kala itu mendekati, ‘berteman’ dan kemudian mencengkeram suatu wilayah. Bahkan, bangsa eropa satu, akan memperalat penguasa muslim, untuk menyingkirkan bangsa eropa lain yang ingin mendekati.

Masuknya peradaban eropa juga mempengaruhi ideologi dan memunculkan modernis dalam pemikiran Islam. ‘Penyesuaian’ muncul dari beberapa pemikir, baik yang masih dalam batasan Islam sampai yang melenceng/keblinger. Kemudian, paham-paham semakin banyak bermunculan, kapitalis, sosialis, nasionalis, sampai fundamentalis, yang tak jarang masing-masing menciptakan percikan/benturan yang memperkeruh keadaan.

Dari Puncak Bagdad memberikan gambaran dasar tentang sejarah perkembangan Islam yang cabang-cabangnya bisa dicari melalui referensi lainnya. Menurut saya, penulis berusaha obyektif menyampaikan sejarah meski beliau pernah tinggal dan hidup di Negeri Islam, Afghanistan. Meski begitu, ada selipan-selipan pendapat dari penulis, yang menjadikan buku sedikit terasa subyektif.
 
Readmore → Dari Puncak Bagdad

Monday, April 18, 2016

The Secret for Muslim

Judul: The Secret for Muslim
Penulis: Herry Nurdi
Editor: Taufan E. Prast
Penerbit: Lingkar Pena
Cetak: Kedua, Juli 2008
Tebal: 280 hlm
ISBN: 9791367345
Harga: -
Bintang:  5/5


Saat ini sebagian besar umat Islam tidak lagi memaknai dirinya sebagai muslim. Kekayaan, ketenaran, syahwat, dan kekuasaan menjadi berhala. Keteguhan jati diri islam semakin surut tergantikan banjir pemikiran dan budaya asing tanpa penyaring. Generasi muda pun seperti tak memiliki pondasi keimanan sehingga kehilangan pijakan. Dunia menjadi raja dalam pikiran dan hati manusia.

"Sekarang masalahnya adalah, sering manusia lupa bahwa sesungguhnya hidup ini adalah untuk mati. .... Manusia tak ada bedanya dengan laron-laron di musim hujan yang keluar dari tanah dan mengejar cahaya. Kian dekat dunia digapai, kian besar bahaya dituai," (h. 13)

Herry Nurdi menyentil kondisi umat tersebut melalui kumpulan tulisannya pada buku The Secret of Muslim. Isi buku terbagi menjadi lima bab yang kesemuanya berisikan renungan tentang pandangan manusia, atas dirinya, kekuasaan, kesadaran, manusia lain, dan akhir dari kehidupan.  Banyak bagian yang saya tandai dalam buku ini seperti tulisan ataupun kutipan pengingat yang mencerahkan. Poin yang memungkinkan buku untuk dibaca berulang kali di saat sedang lemah iman. 

Meski sebagian besar tulisan memiliki tema yang sudah sering dibahas, gaya tutur penulis yang hemat kata dan tepat sasaran, lebih mudah saya serap. Salah satu yang berkesan adalah tulisan berjudul Bangsawan Ilmu, yang mempertanyakan, "Apakah kita hanya akan berpuas hati/kagum memiliki teman yang berilmu, atau menjadikan diri kita berilmu?"

"Tujuan ilmu, sama sekali bukan hanya tentang kenikmatan intelektual. Tujuan ilmu, bukan pula mencari puncak pencapaian. Tapi, untuk memperbaiki kualitas hidup, amal dan menjernihkan pandangan, serta arah kehidupan." (h. 33)

The Secret of Muslim menyalurkan semangat untuk menjadi muslim sejati, tanpa takut dipandang beda, tanpa takut dikucilkan. "Jangan pernah berkecil hati pada sebutan-sebutan yang menghinakan ... Di mana pun kita berada, Muslim selalu punya konsep yang sama. Satu dalam kebenaran, satu dalam kebaikan, satu dalam keikhlasan." (h. 52) 

Secara garis besar tulisan-tulisan The Secret of Muslim ini mengajak pembaca merenungi bagaimana cara berpikir, menata, dan mengendalikannya, serta memperlihatkan besarnya peran ilmu untuk mengenali apa yang terjadi di sekitar kita. Dan akhirnya, mempersembahkan kesemuanya itu untuk tujuan yang berdasar atas cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah saw.

"Maka ya Allah, jadikan cinta kami kepada-Mu sebagai satu-satunya cinta yang mengantar kami menutup mata. Maka ya Allah, jadikan rindu kami kepada Rasul-Mu menjadi satu-satunya rindu yang menggelora dalam jiwa sampai diputuskan nyawa. Maka ya Allah, dengan penuh harap dan cinta, kabulkan lah... " (h. 231)
Readmore → The Secret for Muslim

Sunday, March 27, 2016

Pengumuman Pemenang Kun Anta



Assalamu'alaykum wr. wb.,

Alhamdulillah, saatnya untuk mengumumkan pemenang Kuis Kun Anta. Jadi langsung aja ya...

Pemenangnya:
Helda Rosita @ahelda4


Bagi pemenang silakan mengirimkan alamat lengkap dan no HP ke email bacabukuislam@gmail.com. Sangat diharapkan bagi pemenang untuk mengulas atau memberikan kesan mengenai isi buku dan mention ke twitter @bacabukuislam

InsyaaALLAH setiap bulan akan ada kuis-kuis buku islami yang bisa kamu ikuti ^^
Readmore → Pengumuman Pemenang Kun Anta

Tilawah Cinta Surah Ar Rahman

Penulis: Fitri Handayani
Penerbit: Quanta
Cetak: Pertama, 2014
Tebal: 372 hlm
ISBN: 9786020247335
Harga: Rp. 59.800 (Harga diskon di Toko Buku Online)
Bintang: 3/5


Syahla, gadis yang merindukan pernikahan. Sebuah kerinduan yang ingin diraihnya dengan jalan keridhoan Allah. Usianya yang menginjak 24 tahun dipandang Ibu Syahla, sebagai masa Syahla HARUS sudah berstatus istri, apalagi ketika Syahla menjadi buah bibir para tetangga. Penampilan sebagai muslimah dengan jilbab lebar dan gamis, kerap dijadikan alasan ibunya sebagai penyebab belum menikahnya Syahla.

Jelang pernikahannya dengan Andi yang bermahar Surah Ar-Rahman gagal karena tragedi akibat masa lalunya sebagai gay. Pada bagian ini, saya merasa agak janggal dengan buku harian Andi yang mencantumkan dialog detail hingga penulisan tanda bacanya. Selain itu, penambahan reaksi Syahla di setiap selesai bab membuat isi buku harian terasa kurang natural. Pendapat pribadi saya, biarkan pembaca meresapi kegelisahan dan pejuangan Andi tanpa ada jeda.

Menurut saya, tokoh terasa agak 'menggurui' pada hampir setiap calon. Penyampaian ayat dengan menggunakan dialog one to one pada orang yang masih awam dengan agama, membuat saya sulit merasakan kelembutan islam. Mungkin penulis ingin menyampaikan penguat ayat dalam ceritanya, tetapi saya lebih suka jika penulis menyampaikan ayat melalui sms seperti antara Syahla-Azumi atau menggunakan buku harian.

Terlepas dari segala kekurangannya, pesan moral dalam novel ini sangat indah. Komitmen Syahla untuk menjaga kehormatannya dan mahar surah Ar Rahman bisa memberikan keyakinan bahwa semua itu mungkin terjadi, asalkan niat utamanya adalah Ridho Allah. Banyak ilmu yang bisa diambil dalam novel ini, terutama terkait jodoh dan manajemen cinta. Tak lupa, penulis juga memberikan wawasan baru tentang tempat wisata dan adat pernikahan dalam kisah Syahla, yaitu Lampung.

Meski anti klimaks-anti klimaks dalam buku terbaca, saya menyukai kerumitan jodoh Syahla. Kebetulan-kebetulan dalam alur cerita tak lagi menjadi kebetulan karena sebenar-benarnya segala kejadian di dunia ini telah diatur oleh Sang Maha Mengetahui Hal Terbaik bagi Hambanya, ALLAH. Nice book :)
Readmore → Tilawah Cinta Surah Ar Rahman

Wednesday, March 09, 2016

Kun Anta, Cantik dari Hati Cantik jadi Diri Sendiri + GiveAways

Penulis: @negeriakhirat 
Penyunting: Radindra Rahman
Penerbit: WahyuQolbu
Cetak: 2016
Tebal: xiv + 226 hlm
ISBN: 978-602-73315-9-4
Bintang: 3/5
Harga: Rp. 55.000 (Harga diskon di Toko Buku Online)


Cantik itu relatif. Bagi orang yang menyukaimu, mereka akan bilang kamu cantik, dan orang yang tidak menyukaimu adalah sebaliknya. Tapi, kamu tidak rugi, juga tidak beruntung bila mereka memuji atau membencimu. Kamu sangat beruntung jika jika Allah menyukaimu dan sangat rugi jika Allah membencimu. Naudzubillah. Kamu tidak perlu berlagak cantik di hadapan para makhluk. Cukuplah buat Allah sangat mencintaimu dan kamu mencintai-Nya, maka itu berarti kamu menjadi cantik ~ h.119

Secara naluriah, manusia memiliki keinginan untuk diperhatikan dan mendapatkan pujian, baik laki-laki maupun perempuan. Salah satu jalan yang dipilih untuk mendapatkan dua hal tersebut adalah melalui penampilan. Sedihnya, yang seringkali terjerumus arus penampilan yang berlebih adalah perempuan. Kondisi perempuan yang lebih didominasi oleh perasaan/emosi dibandingkan akal, membuatnya cukup mudah untuk dipengaruhi.

Saat ini, media cetak dan televisi sering dijadikan dasar pembentukan opini dan cara pandang masyarakat, begitupun dengan makna kata cantik. Tinggi, langsing, berambut panjang, dan tak lupa kulit putih, selalu dijadikan patokan kecantikan. Setiap kali melihat baliho di jalanan, mata akan dicekoki postur "sempurna" dari  para bintang iklan. Akibatnya, para perempuan pun berbondong-bondong menjiplak mereka.

Tidak perlu minder, iri, bahkan terobsesi nyaris menyerupai mereka. Dalam kesempurnaan yang terlihat oleh mata, mereka pun memiliki noda. Cukup syukuri titipan Allah dengan menjaga dan merawatnya secukupnya ~ h. 25

Tak perlu harus menjadi boneka yang terus menerus diatur oleh fashion/mode.  Pencapaian kesempurnaan yang semu dan hanya berdasarkan mata fisik, akan terasa melelahkan. Saat yang dicari hanyalah kepuasan duniawi, bisa dipastikan, titik akhir tidak akan pernah ditemukan. Kun Anta. Jadilah Diri Sendiri. 

Kecantikan dalam islam identik dengan kebaikan yang mereka timbulkan dan berikan sebagai wujud ketaatannya kepada Sang Khalik. ~ h.7

Kun Anta, buku yang menjelaskan dan menjabarkan pandangan tentang makna cantik bagi seorang muslimah. Dari sudut islam, makna cantik lebih bersifat ruhiah karena raga hanyalah pinjaman-Nya yang sewaktu-waktu dapat diambil. Pembahasan tentang memelihara ibadah wajib-sunnah, menjaga wudhu, serta memelihara kehormatan dan lisan disampaikan dengan tuntas dan menguatkan. 

Kisah nyata tentang hijrah para muslimah dengan masa lalu yang beragam memberikan pelajaran yang berharga. Renungan dari 'Kisah-Kisah Memaknai Cantik' dari berbagai latar belakang pencerita ini membuat buku menjadi tidak sekadar berteori. 

Beruntunglah jika Allah masih membisikkan kebaikan dalam hatimu. Khawatirlah jika Allah tak peduli lagi padamu. ~ h.123

Catatan untuk Penerbit:
Saya tidak tahu apakah ini hanya terjadi pada buku saya atau lainnya juga. Ada kalimat yang terputus pada awal paragraf pertama halaman 101 dan awal paragraf kedua pada halaman 179. Semoga bisa dibenahi pada cetakan buku selanjutnya.

 GIVEAWAYS
SATU PEMENANG BUKU "KUN ANTA" + PIN + STIKER
 

Pertanyaan:
Buatlah Kepanjangan dari kata CANTIK sekreatif mungkin :)

Aturannya:

  1. Terbuka untuk semua yang berdomisili di Indonesia
  2. Jawab pertanyaan di kotak komentar
  3. Share link ulasan + giveaways buku Kun Anta di akun twittermu. Jangan lupa mention @bacabukuislam dan 2 temanmu, Hastag #KunAnta
  4. Follow blog ini dengan mengisikan email aktifmu di kolom "Follow by email" atau follow via bloglovin.
  5. Giveaways berlangsung sampai dengan tanggal 20 Maret 2016
  6. Pemenang dipilih oleh pemilik blog berdasarkan jawaban dari pertanyaan. Hasil keputusan tidak dapat diganggu gugat
Readmore → Kun Anta, Cantik dari Hati Cantik jadi Diri Sendiri + GiveAways
 

Yuk Baca Buku Islam Template by Ipietoon Cute Blog Design