Sunday, December 25, 2011
Saat Berharga Untuk Anak Kita
Diberitahukan sebelumnya, isi review ini mengandung spoiler!
Salah satu hal penting dalam keluarga yang harus mendapat perhatian penuh adalah anak. Bahkan ketika dalam kondisi hamil seperti saya saat ini, kegelisahan atau ketakutan nantinya bagaimana akan membimbing anak, mulai bergentayangan dalam kepala. Bagaimana tidak, jika menengok perkembangan zaman yang semakin tidak mendukung pergaulan yang sehat, saya benar-benar dibuat ketar-ketir, hingga senantiasa melantun doa mohon ilmu agar dapat membimbing putra putri kami menjadi anak yang soleh dan solehah.
Ya, ilmu. Dibutuhkan kecerdikan dan tangkasan orang tua dalam mendidik sang buah hati, dan semuanya itu tidak bisa ditanggapi dengan hanya, “Ah, nanti juga bakalan belajar dengan sendirinya setelah memiliki anak.” Kalau sudah begitu, kecenderungan yang bakalan terjadi selanjutnya setelah memiliki anak adalah membiarkan tumbuh kembang mereka, dan kerap akan menanggapi sebuah “kesalahan” dengan nada, “Ah, masih kecil, nanti juga kalau sudah gede mengerti sendiri.” Padahal pribadi anak kelak sangat dipengaruhi bagaimana kehidupan dan kebiasaan mereka di masa kecil.
Dari sanalah, mulai terpikir untuk mencari ilmu sebanyak mungkin tentang dunia parenting. Mulai dari membaca blog-blog orang tua yang seringkali menceritakan bagaimana tingkah laku anak-anaknya, yang tidak jarang juga bagaimana trik mereka menangani sang buah hati. Atau bisa juga dengan membaca website parenting yang sering menyajikan berbagai hal yang berhubungan dengan pendidikan anak dan remaja. Saya tahu, bisa jadi nanti kasus saya – kalau diberi umur panjang – akan berbeda atau bahkan jauh berbeda dengan mereka, tetapi minimal saya mempunyai gambaran dan banyak referensi yang bisa dikreasikan ketika menghadapi anak.
Selain dari blog, sudah pasti referensi yang patut untuk dibaca adalah buku. Awalnya saya tidak terlalu berminat dengan buku ‘Saat Berharga Untuk Anak Kita’ dikarenakan nama sang penulis. Pengalaman membaca buku ‘Kado Pernikahan Untuk Istriku’ yang pernah ditulis oleh Faudzil Adhim tidak terlalu bagus, hingga akhirnya buku tersebut tidak tuntas dibaca. Namun, karena berkali-kali masuk pesanan buku ini di toko buku online saya, mau tidak mau rasa tertarik muncul juga. Respon pembelian atas buku ini yang begitu besar, sukses membuat saya pun akhirnya penasaran dengan isi buku yang satu ini.
Banyak, memang banyak pelajaran yang bisa diambil dari kumpulan esai dari Faudzil Adhim. Kemampuannya di dunia parenting memang sangat terasah, mengingat dirinya kerap menjadi trainer seminar bertemakan parenting. Namun sebagian besar tulisan beliau menurut saya masih mengawang-awang, tidak tahu apakah memang disengaja supaya pembaca bisa lebih banyak berpikir. Hanya saja, saya pribadi rasanya seperti tidak mendapatkan kemantapan setelah membaca. Pengalaman membaca buku sebelumnya, ternyata kembali muncul ketika membaca buku terbitan Pro U Media ini, yaitu penulisan yang agak berputar-putar. Pengulangan hadist seringkali membuat bosan. Mungkin niat sang penulis mengulang-ulangnya agar hadist tersebut lebih menancap di kepala pembaca, tapi akan lebih baik jika penulis bisa lebih kreatif dalam mengolahnya supaya lebih nikmat diserap kepala dan dibaca mata.
Terlepas dari itu semua, saya dapat merangkum poin-poin yang sangat berharga setelah membaca keseluruhan isi buku. Pertama, persiapkan anakmu untuk menjemput AKHIRAT, bukan dunia, hal inilah yang seringkali dilupakan para orangtua, terutama jika menyangkut masalah pendidikan, dimana para orangtua lebih mengutamakan IQ dan EQ, dam melupakan SQ. Para orangtua kerap ‘menyiksa’ anak dengan menuntutnya agar selalu mendapat nilai-nilai terbaik, raport tidak boleh ‘kebakaran’ dan masih banyak lagi, dengan alasan orangtua supaya masa depan si anak terjamin. Padahal jika orangtua mau memandang lebih jauh, bukankah anak soleh/solehah akan menjadi amal jariyah ketika mereka menghuni alam kubur?
Kedua, perhatikan hak anakmu, sebelum menuntut hakmu. Ini juga yang sering luput dari perhatian orangtua, yaitu kecenderungan untuk menuntut sang anak. Kerap orangtua ingin si anak patuh, menjalani kehidupannya seperti kehendak orangtua, atau orangtua merasa jumawa karena merasa telah membiayai dan merawat si anak. Orangtua sering menginginkan semua berada dibawah kendalinya, padahal tidak bisa begitu. Contohnya, ketika orangtua ingin suasana rumah sangat tenang, dan memarahi, bahkan menghardik si anak yang tidak bisa diam. Padahal bisa jadi si anak sedang mencari perhatian orangtua yang lebih peduli dengan pekerjaan atau aktivitas berselancarnya.
Ketiga, amalan ibadah orangtua berpengaruh pada karakter anak. “Banyak orangtua yang berhasil mendidik anaknya bukan karena kepandaiannya mendidik anak, tetapi karena doa-doa mereka yang tulus. Banyak orangtua yang caranya mendidik salah jika ditinjau dari sudut pandang psikologi, tetapi anak-anaknya tumbuh menjadi penyejuk mata yang membaca kebaikan dikarenakan amat besarnya pengharapan orang tua…” [h.238] Bagian inilah yang membuat ketakutan saya dalam mendidik anak menjadi teredam, bahwa upaya mendidik tidak hanya melalui sang anak tetapi juga dari diri kita sendiri. Seperti halnya doa. Semua pasti tahu bahwa doa orangtua adalah salah satu yang terijabah. Jika doa tersebut terus menerus dilantunkan dengan keikhlasan, maka bisa jadi itulah senjata yang akan membimbing sang anak menemukan jalan-Nya.
Tidak hanya doa, amalan sedekah ikhlas atau puasa rutin orangtua bisa jadi tanpa sadar menjadi sinar pencerah dalam jiwa sang anak hingga kelak dapat menjadi pribadi yang ahsan. Intinya, semua hal selalu kembali kepada-Nya, bahkan jika itu berurusan dengan mendidik anak.
Judul : Saat Berharga Untuk Anak Kita
Penulis : Mohammad Fauzil Adhim
Penerbit : Pro U Media
Terbit : Cetakan kedua, April 2010
Tebal : 278 halaman
Harga: Rp. 36.000
kunjungi: http://parcelbuku.com
Labels:
fauzil adhim,
keluarga,
pro u media
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment