Saturday, November 05, 2016

Ibu, Istri, dan Anak Saleha

Penulis: Nurul Asmayani
Penyunting: Tree
Penerbit: Qultum Media
Terbit: Pertama, September 2016
Tebal: viii + 204 hlm
Harga: Rp. 59.000 (Diskon di Toko Buku Online)
Bintang: 3.5/5


“Ya Allah… Doa pada-Mu laksana ruang terapi bagi kegalauan hati kami. Luapan atas ketidakberdayaan atas kegagalan rencana-rencana kami. Doa adalah cara-Mu membuat kami berhenti, menyepi, dan menekuri. Doa adalah cara-Mu mengajari bahwa di balik segala kegagalan dan kesalahan kami, masih ada harapan karena Engkau selalu menyertai.” (Pembuka)

Doa pastilah kata yang sangat familiar di telinga kita. Tapi, apakah kata tersebut sudah dipahami sebagai sesuatu yang layak untuk dilakukan terus-menerus? Bukan hanya di kala susah melanda. Doa (beserta dzikrullah) adalah salah satu bentuk ibadah yang memiliki keutamaan tersendiri. Doa merupakan kebutuhan manusia yang berisi untaian kalimat positif demi mendapat ‘tanggapan’ dari Sang Pengabul. Doa adalah sebentuk harapan di kala seluruh harapan telah musnah.
 
Ketika ujian hadir, doa jugalah yang menjadi jurus manusia untuk menghadapinya. Salah satu kisah berjudul Lapis-Lapis Kesabaran memperlihatkan bagaimana kesabaran menghadapi ujian penyakit dalam yang muncul berturut-turut, ternyata tidak menyurutkan seorang ibu untuk terus berdoa di samping putranya sepanjang masa penyembuhan. Penutup kisah pun lebih mengejutkan karena kesabaran sang ibu dan suami telah ditempa jauh sebelum peristiwa tersebut terjadi.
 
“Betapa dahsyatnya kekuatan doa. Oleh karena itu, memintalah. Memintalah hanya kepada-Nya …Tiada yang sulit bagi-Nya, tiada yang mustahil dalam pandangan-Nya.” (h. 36)

Setan selalu menggoda manusia dari arah depan, belakang, kanan dan kiri, tapi ada dua arah yang tidak mampu ditembus oleh setan, yaitu atas dan bawah. Arah bawah adalah kematian, di mana manusia jika mengingatnya akan selalu menjauhi dari perkara dosa. Sedangkan, arah atas adalah Zikir dan doa kepada Allah swt, arah yang membuat setan tak berdaya. Kemampuan manusia menghalau setan ini menjadi salah satu pembahasan terkandung dalam bab Di Balik Doamu.
 
Fokus buku ini sebenarnya pada pembahasan doa dan pembeda dengan buku setema lainnya, adalah adanya pembahasan tentang keistimewaan doa dari para perempuan, sebagai ibu, istri dan anak sholeha. Sekali lagi, sebuah kisah mengena di hati, berjudul Allah Sebaik-Baik Pembuat Rencana mengisahkan seorang dokter yang akan menghadiri sebuah seminar dalam waktu yang mendesak. Perjalanannya tidak mulus, tapi menggiringnya pada sebuah tempat dan memperlihatkan ketulusan doa seorang Ibu.
 
Sebagai ibu, istri dan anak saleha, perempuan adalah makhluk yang memiliki perasaan dengan kedalaman hati yang sering melampaui kaum pria. Terurai dalam bab Doamu Duhai Muslimah, pembahasan tentang ber-husnudhan kepada Allah. Merenungi doa-doa yang mungkin belum juga terkabul meski sudah merasa mati-matian melantunkannya di setiap waktu. Salah satu bisa jadi karena Allah ingin menguji iman kita. Dia ingin melihat manakah orang yang sejati imannya dan murni cintanya. (h.113)
 
 “Disinilah juga letak keistimewaan doa seorang perempuan. Doa perempuan lebih makbul daripada doa laki-laki karena perasaannya yang lebih kuat dari laki-laki. Ketika ditanyakan kepada Rasulullah saw tentang hal tersebut, beliau menjawab, “Ibu lebih penyayang dari bapak dan doa orang yang penyayang tidak ada sia-sia.” (h. 8)

Tidak terlalu berteori dan lebih banyak menyelipkan kisah berhikmah, membuat buku ini tidak membosankan dan monoton. Tampilannya juga cantik, seperti tema bukunya yang pasti akan membuat cantik setiap hati yang membaca dan merenunginya. “Ya Allah … Kemurahan dan kemuliaan-Mu semakin nyata dalam doa. Semakin kami meminta, semakin Engkau cinta. Bahkan, sering pemberian-Mu lebih dari yang mampu kami duga.”

0 comments:

Post a Comment

 

Yuk Baca Buku Islam Template by Ipietoon Cute Blog Design