Thursday, January 31, 2013

Galaksi Kinanthi

Cover Buku [Sumber:: Koleksi Pribadi]

Meski membaca untuk kedua kalinya, saya masih menikmati alur dan plot kisah dari Kinanthi. Berawal dari bocah ingusan yang lahir di wilayah Gunung Kidul, Kinanthi hanyalah anak dari keluarga miskin. Ibunya yang dicap sebagai perempuan baulawean karena hampir setiap pria yang dinikahinya meninggal. Sebutan itupun terlanjur melekat pada Ibu Kinanthi meski mitos tersebut tidak terjadi pada diri Mangun, Bapak Kinanthi. Menarik membaca karakter Mangun, dimana seringkali kita disuguhi, hingga menjadi stereotipe, bagaimana seorang penjudi selalu berlaku kasar pada istri dan anak-anak. Berbeda dengan Mangun, meski dia seorang tukang judi, perilakunya lembut terhadap keluarganya. Saya menikmati sekali adegan dan suasana ketika Pak Mangun bercerita pada Kinanthi cilik tentang asal muasal namanya.

Predikat sebagai anak baulawean dan tukang judi pastinya membuat masa kecil Kinanthi kelam, jika tidak ada Ajuj di sampingnya. Ajuj, bocah laki-laki yang selalu menemani dan menjaga Kinanthi saat semua orang dan teman-temannya mengolok dan menjauhinya. Sebagai anak seorang rois [semacam pemuka agama] yang terpandang, bukan tanpa halangan Ajuj berkawan dengan Kinanthi. Berulang kali bapaknya menegur dengan keras tapi tidak menggoyahkan pendirian Ajuj untuk menjaga dan menemani Kinanthi dan Hasto, adik Kinanthi.

Kehidupan Kinanthi berubah ketika beras 50 kg menjadi penukar dirinya dalam keluarga. Dengan alasan supaya Kinanthi mendapatkan pendidikan yang lebih baik, dia 'dititipkan' pada saudara sepupu Bapak yang tinggal di Bandung. Kepergian Kinanthi ke Bandung menjadi permulaan hijrahnya ke berbagai tempat dan negara. Perpisahannya dengan Ajuj meninggalkan kenangan yang erat melekat dalam benak Kinanthi. Sosok Ajuj menjadi pusat semangat dan cinta setiap kali Kinanthi harus menanggung pedih segala fitnah dan siksaan. 

Sumber:: sini
Kesedihan dan penderitaan selama di Bandung, ternyata tidak sepadan dengan kehidupannya sebagai TKW di Timur Tengah. Lewat perjalanan Kinanthi di Timur Tengah, penulis menyorot kehidupan dan kondisi TKW yang bernasib tidak beruntung mendapatkan majikan yang hanya memandang mereka sebagai budak. Penyiksaan, pelecehan seksual dan perlakuan tidak manusiawi yang menjadi hal biasa dilakukan si majikan, menjadikan Kinanthi menjalani kehidupan dengan penuh tekanan. 

Sempat bangkit dan berusaha 'menikmati' profesinya, ternyata kondisi Kinanthi semakin mengerikan ketika ada sebuah keluarga yang membawanya ke Amerika. Tak disangka, keluarga tersebut menyimpan dendam dan rencana busuk sesampainya di negeri Paman Sam tersebut. Ajuj, Ajuj, Ajuj, nama yang masih tersisa dari masa lalu Kinanthi. Kekuatan kenangan itu yang tak pernah hilang dan terus mematri keteguhan gadis yang telah beranjak 16 tahun tersebut. Dari situlah penulis mengolah sisi psikologis tokohnya dengan lihai.

Tak ada penderitaan yang tanpa ujung. Penyiksaan Kinanthi yang tak kenal fisik dan batin ini membuatnya nekat kabur meski dalam kondisi mengenaskan. Hingga pertemuannya dengan keluarga Mesir yang membantunya ke pengadilan Amerika. Kebebasan Kinanthi mengubah hidupnya 180 derajat. Dia tumbuh menjadi perempuan Amerika dengan kecerdasan yang memang dimilikinya sejak kecil, bahkan menjadi penulis yang sangat diperhitungkan. Meski sudah sukses dan bertahun-tahun jauh dari tanah Jawa, Kinanthi masih terus menyimpan kerinduan dengan sosok pria kecil yang dulu selalu melindunginya.


Tasaro Gk [Sumber:: sini]

Memadukan fenomena penyiksaan TKW, benturan budaya, romantisme, pun ideologi yang menyentil wilayah sensitif yaitu agama, menjadikan Galaksi Kinanthi memiliki plot yang padat. Meski terlihat 'penuh', cara penulis menyampaikan ceritanya terasa mengalir. Alur maju mundurnya juga menjadi 'senjata' penulis untuk menunda kejutan agar muncul di saat yang tepat. Salah satu bagian yang menyentuh buatku adalah pertemuan Ajuj dan Kinanthi di tepi pantai. Perbincangan dua orang yang memiliki kedekatan masa silam tapi melewati tahun-tahun kehidupan yang jauh berbeda, terasa sekali beban, ketakutan, kecanggungan, yang sebenarnya menyimpan luapan rindu. Selain itu, saya juga suka akhir kisah Galaksi Kinanthi yang menggantung dan sukses membuat pembaca menebak-tebak siapakah lelaki yang menjadi pilihan Kinanthi.
Cover baru [kiri] [Sumber:: sini]
Buku ini diterbitkan ulang pada tahun 2012 oleh Bentang Pustaka dengan judul Kinanthi, Terlahir Kembali. Saya sendiri masih belum membaca versi yang terbaru. Hanya saja, kabarnya ada tambahan cerita dalam perjalanan hidup Kinanthi. Penasaran juga sih. Ada yang berminat minjemin atau ngasih? hehe...

Judul: Galaksi Kinanthi
Penulis: Tasaro Gk [@Tasaro_Writer]
Editor: Yani Suryani 
Penerbit: Salamadani 
Cetak: Kedua, Februari 2009  
Tebal: 432 hlm  
Bintang: 4/5  

:: ingin buku seken/murah bermutu? mampir ke FB Parcel Buku yuk! ::
Readmore → Galaksi Kinanthi

Saturday, November 24, 2012

99 Cahaya di Langit Eropa

Cover Buku [Sumber:: Koleksi Pribadi]

Ketika ditanya negara yang berkaitan dengan Islam, sebagian besar orang, bahkan kaum muslim, akan membayangkan negara-negara Timur Tengah. Well, tidak salah juga, hanya saja seringkali mereka lupa bahwa Islam pun memiliki sejarah kebesaran di peradaban Barat. 99 Cahaya di Langit Eropa mencoba untuk mengingatkan kembali bahwa Islam pernah menjadi era kebesaran yang menjadikan sebuah zaman dipenuhi kecerahan.

Hanum Salsabiela Rais [Sumber:: sini]
99 Cahaya di Langit Eropa dibuka dengan kisah fiksi yang di lembar-lembar kemudian diketahui tentang penggambaran Hanum tentang perasaan seorang Panglima Perang Dinasti Turki, sang penakluk yang menggunakan pedang dan darah untuk menguasai wilayah 'jajahan'nya, Kara Mustafa Pasha.

Perjalanan Hanum dimulai dari kota Wina, mengikuti suami yang tugas kerja di sebuah kampus. Keinginannya untuk berkeliling kota didukung dengan pertemuannya dengan Fatma di kelas Bahasa Jerman. Bersama Fatma, Hanum memulai petualangannya mengenal sejarah Islam di Wina dari Wien Stadt Museum. Meski 'hanya' seorang ibu rumah tangga, Fatma benar-benar menjadi guide yang memiliki pengetahuan luas. Banyak sejarah yang disampaikannya kepada Hanum sepanjang menjelajah museum, hingga ujung perjalanan yang mengejutkan berkenaan dengan leluhur Fatma.

Tujuan selanjutnya ke kota mode, Paris. Berkat kartu nama dari Imam masjid yang ditemui Hanum saat perjalanannya mengelilingi Vienna Islamic Center, dia memiliki teman yang bersedia menemaninya mengunjungi museum sejarah di Paris, Museum Louvre.  Marion Latimer adalah mualaf sedang mempelajari peradaban Islam sehingga Hanum mendapatkan banyak keuntungan menjelajah dengannya. Penemuan Kufic dan opini Marion tentang sejarah di balik banyaknya lafadz syahadat dalam lukisan atau patung pemimpin Eropa masa lalu.

Rangga Almahendra [Sumber:: sini]
Jika sebelum-sebelumnya, Rangga tidak bisa sepenuhnya menemani Hanum, perjalanan ke Cordoba dan Granada, mereka jalani bersama. Mereka berkunjung ke Mezquita Cordoba, sebuah mesjid yang diubah menjadi katedral. 
"Ambiguitas tiba-tiba menyeruak ke dalam aura bangunan ini [Mezquita Cordoba]. Seperti krisis identitas. Aku bingung harus memanggilnya apa. Dan tiba-tiba aku merasa 'kehilangan' lagi." [h. 259]
Sedangkan, di Granada mereka bertutur tentang Istana Al-Hambra, tempat megah berupa benteng yang kabarnya merupakan bentuk pertahanan dari gempuran kerajaan Kristen Spanyol.

Istanbul, tempat terakhir di Eropa yang dikisahkan Hanum dalam 99 Cahaya di Langit Eropa. Dimulai dengan penjelajahan ke Hagia Sophia, sebuah katedral yang diubah menjadi mesjid, kebalikan dari Mezquita Cordoba. Istanbul pula yang kembali mempertemukan Hanum dengan Fatma yang sempat 'menghilang' dari Wina, yang kemudian mengajak Hanum dan Rangga ke Topkapi Palace.

Seluruh perjalanan Hanum dan Rangga dituliskan dengan gaya bercerita. Tak hanya tentang sejarah Islam, tapi juga bersikap bijak sebagai agen muslim yang baik di benua Eropa. Hanum juga banyak bercerita tentang kendala-kendala yang kerap dihadapi suaminya yang bekerja di sebuah universitas di Wina berkenaan dengan masalah ibadah atau lainnya. Juga tentang obrolan dengan orang-orang ateis yang saat ini sedang menjadi agama 'favorit' di Eropa.

Sedikit ganjalan tentang pengambilan angka 99 di bagian judul buku, tidak ada kejelasan mengapa dipilih angka tersebut. Selain itu, saya juga agak bingung dengan label di bagian belakang buku yang menetapkan genre buku ini adalah 'NonFiksi/Novel Islami'. Ada kebingungan tentang bagian fiksinya, apakah hanya pada kisah Kara Mustafa Pasha, ataukah perjalanan tersebut juga fiksi, yang membalut lokasi, sejarah, dan benda-benda bersejarah?

Meski begitu, buku ini termasuk istimewa bagi saya. Mengapa? Karena berhasil membangkitkan kembali keingintahuan saya tentang sejarah peradaban Islam di ranah Eropa.
"Yang paling penting dari mempelajari sejarah adalah bukan hanya kemampuan menjabarkan siapa yang menang siapa yang kalah, melainkan mengadaptasikan semangat untuk terus menatap ke depan, mengambil sikap bijak darinya dalam menghadapi permasalahan-permasalahan di dunia." [h.332]
Judul: 99 Cahaya di Langit Eropa
Penulis: Hanum Salsabiela Rais [@hanumrais] & Rangga Almahendra [@rangga_alma]
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetak: Kedua, Agustus 2011
Tebal: 412 hlm
Bintang: 4.5/5

:: ingin buku seken/murah bermutu? mampir ke FB Parcel Buku yuk! ::
Readmore → 99 Cahaya di Langit Eropa

Wednesday, November 21, 2012

A Message of Love

Sampul Buku [Pinjam dari Mbak Novi]
Kisah dalam A Message of Love di luar perkiraan saya. Melihat sampul depan, judul yang memuat kata 'love' dan tagline 'cinta, patah hati dan sebuah persahabatan' yang terdengar standar, semua membuat saya tidak terlalu berharap akan mendapatkan lebih dari sekadar kisah cinta. Gegara itu, meski buku ini berstatus pinjam, keinginan membaca tertunda cukup lama. Ternyata perkiraan saya tidak 100% benar, ada nilai lain yang disodorkan penulis, juga terdapat aroma misteri dalam rangkaian ceritanya.

Menjadi perempuan mandiri, cerdas, cantik dan memiliki pekerjaan yang bergaji tinggi, ternyata tidak membuat Zahra Khairunnisa menjadi tenang. Hadirnya mimpi Opa membuat Zahra bertanya-tanya dan melihat kemungkinan keresahannya dapat terobati. "Carikan buku kecil Opa," kata-kata itu yang kerap terdengar dalam mimpi Zahra beberapa kali. Rasa sayang yang besar kepada Opa, semakin membuat Zahra ingin mencari buku kecil. Pencarian itu menggiringnya ke sebuah desa di Tasikmalaya. Dari sanalah cerita berkembang menjadi konflik cinta, perenungan, obsesi, dan pencarian tujuan hidup.

Sejak awal, cerita sudah diselimuti misteri pencarian buku kecil, seperti halnya ketika pria misterius berkali-kali terlihat. Hanya saja, sempat muncul rasa biasa saja dari mulai perjalanan Zahra, pertemuannya dengan Khairi, dan kenangan akan Eyang Anang yang sangat disayangi warga kampung Ciherang. Saya baru merasakan cerita mulai 'naik' saat terjadi konflik dalam persahabatan Zahra dan Mutia, yang membuat Zahra memutuskan ke Inggris. Selain itu, membaca gejolak dan usaha Zahra untuk meredam amarah berhasil membuat saya ikut merasa sakit hati. Akhir cerita tertebak, kecuali bagian yang berhubungan dengan passion Zahra. Sedikit mengingatkan pada cerita Bollywood. 

Judul: A Message of Love
Penulis: Tria Barmawi [@triabarmawi]
Penyunting: Azzura Dayana
Penerbit: Lingkar Pena
Cetak: Pertama, Maret 2010
Tebal: 366 hlm
Bintang: 4/5


:: ingin buku seken/murah bermutu? mampir ke FB Parcel Buku atau Dagang Buku yuk! ::
Readmore → A Message of Love

Saturday, October 20, 2012

Rinai


Mengambil latar tempat di Gaza adalah salah satu yang membuat saya tertarik untuk membaca buku Rinai. Ditambah, ketika mengetahui bahwa kisah Rinai terinspirasi dari perjalanan penulis ketika berada di Khan Younis, Jabaliya, Deir Al Balah, Gaza City, maka keputusan untuk mengikuti event pre-order yang diadakan Penerbit Indiva di facebook-pun dilakoni. Sempat salah sangka, saat membaca blog penulis tentang gaya penceritaan epistori, bayangan awal saya adalah cerita akan berlangsung dengan model surat-menyurat seperti Life on the Refrigerator Door-Alice Kuipers tapi dalam bentuk surat bukan pesan di pintu lemari es. Jadi, saya mengira imajinasi pembaca dibangun dari aktivitas surat menyurat yang dilakukan sepanjang cerita. Ternyata epistori baru terasa ketika menjelang akhir antara Rinai dengan tokoh anonim, Aku. Meski begitu, saya menikmati membaca perjalanan Rinai Hujan yang dibalut dengan konflik psikologis dalam dirinya.

Sinta Yudisia
Menjadi anak perempuan di keluarga penganut adat Jawa yang kental ternyata menciptakan beragam tanya akan pengorbanan yang terlihat tidak adil, salah satunya 'pemujaan buta' terhadap laki-laki dalam keluarga. Jiwa berontak Rinai semakin kencang seiring dengan bertambahnya usia, bersamaan dengan tingkah Guntur, sang kakak, yang tidak tertolerir, ditambah lagi dengan Pak de Harun yang tidak kenal malu, terus meminta bantuan uang dari saudari-saudarinya, salah satu Bunda Rafika, ibu Rinai. Tapi, seluruh keluarga seperti berusaha 'menutup mata' dan memaklumi. 

Keputusan mengambil kuliah di Surabaya, ternyata tak membuat Rinai menjadi tenang, pertanyaan pun masih menggelayutinya, apakah keputusannya adalah bentuk pemberontakan atau upaya melarikan diri dari keluarga yang menurut Rinai selalu menciptakan beban pikiran. Sosok Nora Efendi membuat Rinai kagum dengan dosennya yang tampak sebagai perempuan tangguh yang berani mengambil tindakan dan cerdas, kemudian muncul sifat membandingkan ketika bayangan Bunda Rafika hadir dengan sifatnya yang pengalah dan kerap memendam segala keluh. Dua sosok perempuan kuat dengan caranya masing-masing.

Tak berhenti di situ, mimpi Rinai yang kerap hadir di setiap malamnya dalam wujud Ular pun menambah 'perang' dalam kepalanya. Mimpi tentang ular seringkali dianggap sebagai pertanda munculnya jodoh, tapi kehadiran mimpi ini mencemaskan. Rinai mulai mempertanyakan orientasi seksualnya, menambah permasalahan yang berkemelut dalam batinnya.

Setengah buku pertama, rasanya cerita berjalan lama bagi saya. Bukan dalam taraf membosankan tapi ada rasa tidak sabar dengan ada apa saja dan apa yang bakal terjadi di Gaza. Selain, menuturkan tentang latar keluarga dan pergolakan pikiran Rinai, penulis juga memberikan wacana tentang psikologis lewat diskusi yang terjadi dalam ruang kelas atau obrolan sesama teman kuliah, santai dan mengalir, mungkin karena latar belakang pendidikan penulis yang juga psikologi.

Sepanjang perjalanan menuju Gaza, penulis menggambarkan tentang proses ketika berurusan dengan petugas; suasana Timur Tengah yang jauh berbeda dengan Indonesia; makanan khas Timur Tengah yang malah membuat rindu nasi dan sambal pedas kampung halaman; dan berbagai tempat-tempat yang dilewati sepanjang perjalanan menuju Gaza, di sanalah penulis menyajikan unsur traveling dalam cerita.

Misi kemanusiaan ke Gaza memuat konflik. Tak disangka, human relief for human welfare [HRHW] yang dibawahi Nora Efendi tak seidealis yang dibayangkan Rinai. Persepsi tentang orang dan anak-anak Gaza yang 'diciptakan' untuk sekadar menarik simpati agar kucuran dana dari donatur semakin meningkat, menyalahi nurani Rinai. Perasaan bersalah dan terkejut membuatnya mengambil tindakan "melawan". Membaca bagian ini, memberikan saya gambaran tentang organisasi yang bergerak di dunia kemanusiaan, tanpa bermaksud menggeneralisir, ketika idealisme  'kalah' dengan realitas. Meski ada dua pandangan yang berseberangan, penulis tidak memihak, latar belakang dan alasan masing-masing disampaikan seperti ketika Nora berdebat dengan Taufik.

Tidak banyak buku yang mengangkat Gaza sebagai tema atau latar tempat, padahal butuh buku-buku seperti ini untuk terus mengingatkan pada manusia, terkhusus umat muslim, bahwa ada saudara kita yang sedang berjuang mati-matian untuk mempertahankan apa yang menjadi haknya. Tidak hanya bergaung pada waktu-waktu tertentu, tapi selama penindasan terus terjadi.

Sumber Gamber: sini

Judul: Rinai
Penulis: Sinta Yudisia
Penyunting: Mastris Radyamas
Penerbit: Gizone Books
Cetak: Pertama, 2012
Tebal: 400 hlm
Bintang: 4,5/5

:: ingin buku seken/murah bermutu? mampir ke FB Parcel Buku yuk! ::
Readmore → Rinai

Monday, October 15, 2012

Sang Pemusar Gelombang


Awalnya, saya mengira buku Sang Pemusar Gelombang merupakan bacaan fiksi sejarah, yang menceritakan kembali perjalanan hidup Hasan Al Banna dengan gaya fiksi, seperti Trilogi Muhammad - Tasaro. Setelah membaca satu bab dan mulai memperhatikan sub judul buku, "Sebuah Novel yang Berpusar Pada Peri Kehidupan Syaikh Hasan Al Banna", ternyata perkiraan saya salah, meski tidak 100%. 

Mengambil nama tokoh Randy, Hasan, dan Cikal, penulis ingin menampilkan perwakilan karakter dari beberapa golongan pemuda di Indonesia. Randy, aktivis dakwah yang sangat terinspirasi oleh Hasan Al-Banna; Hasan, pemuda yang memiliki ideologi sosialis dengan kekritisan dan kepedulian tinggi terhadap  masyarakat cilik, yang juga memiliki nama mirip dengan sang tokoh revolusioner Mesir; dan Cikal, perwakilan dari anak band yang kemudian dihadapkan pada konflik batin atas kebenaran pilihannya.

Hasan Al Banna
Terungkapnya masa lalu yang menimpa sang ayah, menumbuhkan ketertarikan dan keingintahuan Hasan pada sosok Hasan Al Banna. Perjuangan ayah Hasan menginspirasinya memulihkan keimanannya yang sempat terkubur dan mencari orang yang dapat membantunya mengenal Hasan Al Banna.

Randy Al Banna-lah yang kemudian mengantarkan Hasan ke ranah kehidupan dan pemikiran pria yang memrakarsai organisasi besar bernama Ikhwanul Muslimin.

Randy yang memiliki latar belakang keluarga yang moderat sebenarnya akan menarik jika lebih diangkat dalan cerita. Saya suka sekali diskusi Randy dengan Gilang, yang masing-masing memiliki argumentasi yang timbal-balik. Agak berbeda ketika Randy dan Hasan berdiskusi [baca: berbincang] yang lebih terasa datar, karena Hasan lebih bersifat menerima pemikiran yang disampaikan Randy.

Masih ada satu lagi tokoh, Cikal. Saya merasa sosok Cikal kurang menyatu dalam cerita. Persinggungan Cikal dengan Hasan/Randy tidak terlalu besar, bahkan terkesan "tidak terlalu penting". Maksud penulis ingin menyelipkan fenomena generasi muda saat ini yang kebanyakan keranjingan untuk menjadi selebritis, mungkin menarik. Tapi, tokoh Cikal jadi kurang masuk dengan tema utama novel ini, yaitu Hasan Al Banna. Kecuali, jika kemudian ternyata Sang Pemusar Gelombang memiliki sekuel yang akan menjelaskan keterkaitan lebih dalam antara ketiga tokoh tersebut, sepertinya bisa dimaklumi. Sepertinya begitu, melihat masih banyak konflik yang menggantung hingga akhir cerita.

Judul: Sang Pemusar Gelombang
Penulis: M. Irfan Hidayatullah
Penyunting: Feri M. Syukur & Topik Mulyana
Penerbit: Salamadani
Cetak: Pertama, 2012
Tebal: xviii + 502 hlm
Bintang: 3/5

:: ingin buku seken/murah bermutu? mampir ke FB Parcel Buku yuk! ::
Readmore → Sang Pemusar Gelombang
 

Yuk Baca Buku Islam Template by Ipietoon Cute Blog Design